Reporter: Agustinus Beo Da Costa | Editor: Herlina Kartika Dewi
JAKARTA. Rencana PT Exploitasi Energi Indonesia Tbk memulai produksi batubara di konsesi PT Sekti Rahayu Indah yang berlokasi di Sampit, Kalimantan Tengah, sepertinya harus tertunda. Pasalnya, saat ini, perusahaan itu masih mengurus perizinan di pemerintah daerah setempat.
Direktur PT Exploitasi Energi Indonesia Tbk, Zulfan Mirza mengatakan, semula perusahaan berencana memulai produksi batubara di konsesi PT Sekti Rahayu Indah pada kuartal IV-2013. Namun, lantaran perizinan belum beres, "Awal 2014 baru mulai," ujarnya, Jumat (4/10).
Zulfan menjelaskan, penundaan produksi batubara pada konsesi ini karena perusahaan masih mengurus izin peningkatan Izin Usaha Penambangan (IUP) dari eksplorasi menjadi IUP operasi dan produksi. Keterlambatan ini disebabkan kurangnya pengalaman dinas pertambangan setempat dalam menangani izin pertambangan.
Akibat penundaan ini, perusahaan berkode emiten CNKO ini belum bisa membangun infrastruktur pendukung, seperti conveyor belt dan hauling road, serta pelabuhan batubara. Menurut Zulfan, sesuai aturan, perusahaan harus mendapatkan izin IUP operasi dan produksi terlebih dahulu sebelum memulai kegiatan penambangan, termasuk membangun infrastruktur.
Meski begitu, Zulfan optimistis pada November 2013 nanti, IUP operasi dan produksi milik CNKO di konsesi Sekti Rahayu Indah bakal terbit. Rencananya, pada tahap awal produksi batubara CNKO dari konsesi Sekti Rahayu Indah ini mencapai 300.000 ton.
Selain menunggu penerbitan IUP operasi dan produksi, kini CNKO juga tengah mengurus analisis dampak lingkungan (Amdal) untuk tambang seluas 2.721 hektare (ha) ini.
Konsesi Sekti Rahayu Indah ini memiliki cadangan batubara berkalori 3.800 kkcl-4.200 kkcl sebanyak 116 juta ton. Batubara ini akan dipasok untuk kebutuhan domestik dan ekspor. "Untuk ekspor, kami akan melihat perkembangan harga batubara awal tahun depan," kata Zulfan.
Sekedar meningatkan, selain Sekti Rahayu Indah, CNKO juga memiliki beberapa konsesi lain yang sudah berproduksi, seperti PT Abe Jaya Perkasa dengan cadangan 39 juta ton di Kalimantan Tengah, PT Dwi Guna Laksana dengan cadangan 31 juta ton, dan Usaha Kawan Bersama dengan cadangan 1,2 juta ton di Kalimantan Selatan.
Selain eksplorasi batubara, CNKO juga merambah bisnis pembangkit listrik. Presiden Komisaris CNKO, Andri Cahyadi menuturkan, saat ini, perusahaan tengah melakukan proses pembelian mesin untuk proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batubara di Tembilahan, Indragiri Hilir, Riau, yang berkapasitas 2x7 megawatt (MW).
Andri berharap, awal tahun depan, sekitar kuartal I-2014 atau kuartal II-2014, mesin tersebut sudah tiba di Indonesia. Sehingga, operasi komersial pembangkit bisa dimulai tahun depan juga. Hanya saja, ia belum bisa memastikan waktu operasi komersial PLTU ini. "Ini tergantung pada kapan mesinnya bisa sampai di Indonesia," ungkapnya.
Selain membangun PLTU Tembilangan, tahun ini, perusahaan itu juga berencana menambah kapasitas pembangkit listrik di PLTU Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. Saat ini, PLTU Pangkalan Bun sudah beroperasi dengan kapasitas 2x7 MW. Nantinya, perusahaan akan menambah kapasitas PLTU Pangkalan Bun dengan satu pembangkit baru kapasitas sama, yakni 2x7 MW.
Hingga semester I-2013, CNKO mampu membukukan pendapatan sebesar Rp 873,17 miliar, naik 11,42% ketimbang periode yang sama tahun lalu. Rinciannya, sebanyak Rp 715,59 miliar berasal dari penjualan batubara, sebanyak Rp 36,51 miliar berasal dari sewa kapal, pendapatan dari PLTU Pangkalan Bun sebesar Rp 35,62 miliar, dan sisanya sebesar Rp 85,44 miliar dikontribusi dari pendapatan jasa pelabuhan dan lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News