Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonomi digital di Indonesia mengerucut ke empat grup besar: Sea Group, GoTo, Emtek Group dan Djarum. Dan satu lagi yang juga memiliki ekosistem komplet: Salim Group.,
Nah, Emtek baru-baru ini membetot perhatian setelah mengumumkan akuisisi Bank Fama. Sementara GoTo masih berkutat untuk melaksanakan penawaran saham perdana alias IPO tahun depan.
Sebelum IPO, GoTo mendapat penggalangan dana pra IPO dari Abu Dhabi Investment Authority (ADIA) dengan investasi sebesar US$ 400 juta. Masuknya ADIA juga akan meningkatkan valuasi bisnis GoTo. Saat ini valuasi GoTo ditaksir mencapai US$ 30 miliar.
Menurut Co Founder Jarvis Asset Management Kartika Sutandi, ketika GoTo hendak melakukan IPO, valuasi induk dari Gojek dan Tokopedia ini akan terus meningkat. Kartika memperkirakan, ketika GoTo melakukan IPO, valuasi decacorn tersebut akan mencapai US$ 35 miliar.
Menurutnya, investor yang masuk ke Gojek dan Tokopedia beberapa waktu yang lalu untung besar. Salah satunya adalah Telkomsel yang akhir tahun lalu masuk ke Gojek.
“Bila Telkomsel masuk di valuasi GoTo US$ 18 miliar, maka yield mereka 44%. Itu dalam dollar AS. tidak ada investasi yang bisa memberikan yield sebesar itu. Sehingga tepat bagi Telkomsel masuk di Gojek sebelum IPO GoTo," klaim Kartika, dalam keterangan tertulis, Rabu (10/11).
Jika investasi Telkomsel US$ 450 juta atau setara Rp 6.5 triliun, dalam perhitungan Kartika, ketika GoTo IPO maka investasi yang ditanamkan di PT Karya Anak Bangsa saat ini sudah tumbuh menjadi Rp. 2,8 triliun. Menurutnya, jumlah ini jauh lebih besar dari bisnis konektivitas yang selama ini dibangun oleh Telkom maupun Telkomsel.
"Jika dibandingkan laba Telkom tahun 2020 sebesarRp 29,6 triliun, maka keuntungan bersih investasi Telkomsel di Gojek setara dengan 21,3% dari keuntungan Telkom. Memang investasi di perusahaan digital akan tumbuh lebih besar dari perusahaan konvensional," ungkap Kartika.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News