Reporter: Namira Daufina, RR Putri Werdiningsih | Editor: Markus Sumartomjon
JAKARTA. Mulai maraknya proyek properti yang digarap para pengembang sejatinya membawa angin segar bagi investor. Bisa jadi, di saat seperti inilah waktu yang tepat untuk mengail investasi dari properti.
Menurut Ali Hanafia, Direktur Century 21, produk properti jangkung, seperti apartemen dan rumah kantor atau small office and home office (SOHO) bisa menjadi pilihan investor. Biasanya, proyek seperti ini cuma terdapat di kota besar seperti Jakarta. Maklum, lokasi strategis menjadi salah satu syarat mutlak untuk mendirikan proyek tersebut.
Aldi Garibaldi, Senior Associate Director Colliers Internasional Indonesia, menuturkan, bila investor ingin berinvestasi di apartemen, harus diperhatikan betul pasar penyewanya. Saat ini, katanya, pasar penyewa apartemen yang termasuk laku keras adalah yang berkisar antara Rp 2 juta per bulan sampai Rp 3 juta per bulan.
Rentan sewa tersebut, adalah untuk apartemen kelas menengah yang berlokasi di luar pusat kota. Lokasinya ada di Jakarta Utara, Jakarta Barat atau Jakarta Selatan. "Saran saya adalah pilih apartemen di Jakarta Selatan," katanya.
Sedangkan menurut Ali, tingkat kenaikan tarif sewa apartemen per tahunnya tidak lah terlalu banyak. Berkisar antara 5% sampai 10% per tahunnya. "Itu kisarannya," katanya kepada KONTAN, Rabu (27/8)
Lain cerita bila si investor berencana melepas aset apartemen. Kalau tujuannya seperti ini, tentu imbal hasil yang digapai bisa lebih menggiurkan. Ia menghitung, bila ada investor yang membeli apartemen saat pra penjualan atau pre sales, lantas menjualnya kembali saat bangunan apartemen sudah jadi, kemungkinan bisa mendapatkan keuntungan minimal 10% sampai 20%.
Imbal hasil pun bisa makin gurih, tatkala si investor melepas unit apartemennya saat bangunan apartemen sudah berpenghuni dan lingkungan sudah hidup. Cuan yang bisa diraup, klaim Ali, bisa 50%.
Sedangkan menurut Meyriana Kesuma, Manajer Riset Coldwell Banker, fulus yang bisa diraih investor saat melepas apartemen saat lingkungan di apartemen sudah hidup bisa lebih yahud lagi, bisa 100%. Kondisi ini bisa terjadi untuk apartemen yang punya lokasi sangat strategis dan dekat dengan pusat bisnis dan kegiatan. "Imbal hasil apartemen jenis ini pun bisa 30%-40% saat bangunan jadi," katanya ke KONTAN.
Rukan masih menjanjikan
Bagaimana dengan rukan alias SOHO? Tidak seperti apartemen, perkembangan properti rukan tidak secepat apartemen. Soalnya, para penghuni rukan adalah para konsultan atau pebisnis teknologi informasi (TI) yang butuh lokasi bagus atawa strategis. Nah, sialnya, untuk lokasi yang ciamik, pengembang lebih suka membangun apartemen atau perkantoran.
Makanya, rukan berlokasi di luar pusat bisnis. Seperti Tebet atau Pancoran. Meski begitu, bila disewakan, tarifnya, kata Aldi cukup menggiurkan, berkisar antara Rp 25 juta per bulan sampai Rp 30 juta per bulan.
Sayangnya, kata Meyriana, imbal hasil dari rukan tidak semoncer apartemen. Hitungannya adalah berkisar 5% saja per tahunnya. Adapun Aldi memberi porsi fulus rukan berkisar 8% sampai 9% per tahun.
Sedangkan hunian rumah tapak atau landed house juga bisa menjadi pilihan investor. Untuk lokasi, produk perumahan biasanya menyebar di pinggiran Jakarta. "Kalau di daerah Bodetabek (Bogir, Depok, Tangerang, Bekasi) masih lebih baik investasi di produk landed house (perumahan)," kata Ali.
Nah, kalau Anda tertarik berinvestasi rumah, menurut Meyriana, pilih dengan harga dibawah Rp 1 miliar. Soalnya, harga rumah tersebut punya potensi untuk naik. Sedangkan untuk rumah berbanderol Rp 1 miliar ke atas, cenderung dipakai untuk rumah hunian.
Soal imbal hasil investasi rumah, Meyriana mengatakan polanya mirip dengan apartemen. Bedanya, prosentase antara rumah baru dan lawas sepadan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News