Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. PT Dahana (Persero) menargetkan produksi bahan peledak cartridge emulsion (CE) tahun ini mencapai 2.450 ton. Target tersebut 600 ton lebih banyak ketimbang realisasi produksi tahun lalu.
Peningkatan target volume produksi itu seiring dengan pemindahan pabrik dari Ring I Pabrik Tasikmalaya Kawasan Pangkalan Udara Wiriadinata ke Kawasan Energetic Material Center (EMC), Kabupaten Subang Jawa Barat. Kalau pabrik lama berkapasitas produksi 2.500 ton per tahun, pabrik baru berkapasitas 3.000 ton per tahun.
Asal tahu, Dahana menempati pabrik baru sejak 31 Januari 2017. Pabrik seluas 596 hektare (ha) tersebut menelan dana investasi sekitar Rp 25 miliar.
Pertimbangan pemindahan pabrik lama, karena menempati lahan sewa milik TNI Angkatan Udara. "Hal ini supaya pabrik kami semua terintergrasi dari hulu ke hilir," terang Bambang Agung, Direktur Operasional PT Dahana (Persero) saat dihubungi KONTAN, Jumat (2/6).
Pabrik baru di Subang menjadi pabrik kelima Dahana. Empat pabrik lain yakni Danfo yang membikin bahan peledak siap pakai dengan kapasitas 2.500 ton per tahun. Sementara, pabrik Nonel yang membikin detonator dengan kapasitas produksi 3,5 juta pieces per tahun, dan Dabex yang memproduksi bahan peledak curah dengan kapasitas produksi 1.500 ton per tahun. Satu lagi pabrik shaped charges yang membikin bahan peledak untuk eksplorasi minyak dan gas (migas) dengan kapasitas 2 juta pieces per tahun.
Tahun lalu, Dahana mengantongi pendapatan Rp 1,4 triliun "Tahun ini kami harap bisa mencapai Rp 1,5 triliun pendapatan kami," kata Bambang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News