Reporter: Monika Novena |
JAKARTA. PT Kereta Api Indonesia (KAI) sudah resmi menjadi penyelenggara pembangunan kereta api bandara Soekarno-Hatta dan kereta rel listrik (KRL) jalur lingkar Jabodetabek. KAI akan mulai mencari pinjaman dari bank lokal sebesar Rp 6,8 triliun atau 85% dari total dana yang dibutuhkan.
Peraturan Presiden (Perpres) nomor 83 tahun 2011 yang baru saja terbit menugaskan PT KAI untuk menyelenggarakan prasarana dan sarana kereta api Bandar Udara Soekarno Hatta dan jalur lingkar Jabodetabek.
Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia Ignasius Jonan mengatakan, PT KAI membutuhkan Rp 8 triliun untuk kedua proyek tersebut.
"Dari Rp 8 triliun ini, kami butuh pinjaman dari bank sebesar 85%, sisanya 15% dari kas internal KAI," kata Jonan dalam jumpa pers, Kamis. Rinciannya adalah sebesar Rp 2,25 triliun untuk pengembangan kereta api bandara. Sementara Rp 5,75 triliun untuk KRL Jabodetabek.
KAI mengaku sudah melakukan pembicaraan dengan bank lokal untuk minta kredit investasi. "Kami masih pakai pola konvensional, pakai kredit investasi. Tetapi saya belum bisa sebutkan nama banknya," ujar Jonan.
Bagi Jonan, Perpres penunjukan ini sangat mendesak. PT KAI ditunjuk supaya pembangunannya lebih cepat. Pembiayaannya pun dari KAI, tidak menggunakan APBN.
Dengan demikian, KAI akan membangun seluruh kebutuhan proyek kereta api bandara dan jalur lingkar seperti sinyal, elektrifikasi, stasiun, pembebasan lahan, termasuk pengadaan rel. Namun, khusus untuk 24 perlintasan sepanjang Tangerang ke bandara, pemerintah daerah setempat yang akan menanganinya.Jonan menargetkan jalur kereta api bandara via Tangerang ini selesai akhir 2013.
Sementara untuk pengembangan jalur lingkar KRL Jabodetabek, KAI akan menambah 100 unit KRL tahun depan. Saat ini, totalnya ada 300 KRL yang beroperasi dan rata-rata mengangkut 500.000 penumpang per hari.
KAI punya target di tahun 2018 nanti bisa mengangkut 1,5 juta penumpang. "Makanya kami buat jalur melingkar agar cukup, karena harus nambah 200.000 penumpang per hari, hingga bisa capai target 1,5 juta," kata Jonan.
Djoko Setijowarno, Pengamat perkeretaapian dari Unika Soegjapranata, menilai positif penunjukan PT KAI. "Ini akan mempercepat proses pembangunan kereta yang sudah diwacanakan sejak lama," kata Djoko.
Namun, Djoko melihat pemerintah seperti lepas tangan untuk jalur lingkar KRL Jabodetabek. Ia membandingkan dengan angkutan darat yang mendapatkan subsidi bbm.
Sementara KRL Jabodetabek hingga saat ini memakai listrik industri. "Khawatirnya justru nanti akan membuat beban untuk PT KAI," ujarnya. Malahan, menurut dia, dana pembenahan KRL sebesar Rp 5,75 triliun itu sebenarnya bisa diambil dari subsidi BBM kendaraan bermotor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News