kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.945.000   -6.000   -0,31%
  • USD/IDR 16.259   -31,00   -0,19%
  • IDX 7.623   89,30   1,19%
  • KOMPAS100 1.084   14,06   1,31%
  • LQ45 799   6,51   0,82%
  • ISSI 256   1,93   0,76%
  • IDX30 414   4,97   1,22%
  • IDXHIDIV20 473   6,04   1,29%
  • IDX80 120   0,74   0,62%
  • IDXV30 125   0,90   0,73%
  • IDXQ30 132   1,67   1,27%

Daya Beli Lesu, Target Pertumbuhan Industri Logistik 2025 Terancam Meleset


Senin, 11 Agustus 2025 / 05:20 WIB
Daya Beli Lesu, Target Pertumbuhan Industri Logistik 2025 Terancam Meleset
ILUSTRASI. Aktivitas bongkar muat di terminal petikemas milik PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) di Tanjung Priok, Jakarta (11/7/2025).  Industri logistik nasional diperkirakan tidak akan mencapai target pertumbuhan 10%-15% yang dicanangkan pada awal 2025.


Reporter: Leni Wandira, Shintia Rahma Islamiati | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri logistik nasional diperkirakan tidak akan mencapai target pertumbuhan 10%-15% yang dicanangkan pada awal 2025.

Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) menyebut tekanan daya beli, dinamika global, dan efisiensi belanja pemerintah sebagai faktor utama pelemahan kinerja sektor ini sepanjang semester I-2025.

"Dalam proyeksi awal, kami menargetkan pertumbuhan logistik bisa 10%-15%, karena proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional di atas 5%. Tapi kenyataannya di semester pertama tidak mencapai itu," ujar Ketua Umum ALI Mahendra Rianto kepada KONTAN, Jumat (8/8).

Menurut Mahendra, penurunan daya beli yang tercermin dari turunnya indeks harga konsumen (IHK) menjadi sinyal utama terhambatnya arus barang dan distribusi di dalam negeri. 

Baca Juga: OJK: Penurunan Daya Beli Dapat Berdampak Terhadap Industri Asuransi

"Kalau indeks harga konsumen turun, artinya daya beli turun. Akibatnya pergerakan barang juga jadi tidak selancar seperti rencana awal," jelasnya.

Faktor eksternal turut memperburuk kondisi, antara lain ketegangan geopolitik seperti perang Rusia–Ukraina, konflik Iran–Israel dan Israel–Palestina, serta kebijakan tarif global seperti Tarif Trump. 

Tekanan tersebut mengganggu rantai pasok bahan baku, termasuk bagi industri berbasis impor seperti fast moving consumer goods (FMCG), yang pada akhirnya berdampak ke sektor logistik.

Meski begitu, sejumlah pelaku usaha logistik masih mencatatkan kinerja positif. PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir (JNE) melaporkan tren pengiriman yang tumbuh sepanjang semester I-2025.

Baca Juga: Daya Beli Lesu, Kredit Konsumsi Perbankan Tumbuh Melambat

Marketing Group Head JNE, Eri Palgunadi, mengatakan pihaknya memaksimalkan penggunaan moda transportasi darat, laut, dan udara, baik melalui 11.000 unit kendaraan milik sendiri maupun kerja sama dengan penyedia transportasi lainnya. 

"Strategi ini menjaga kualitas pelayanan dan menopang pertumbuhan yang konsisten di kisaran 20%-30% per tahun," ujarnya.

Sementara itu, Lion Parcel mencatat pertumbuhan kinerja hingga 40% pada semester I-2025, terutama berkat peningkatan pengiriman dari luar Pulau Jawa.

CEO Lion Parcel, Farian Kirana, menyebut pengiriman ke wilayah Sulawesi, Sumatra, dan Kalimantan menjadi pendorong utama. 

Baca Juga: Industri Takaful Beradaptasi Hadapi Lesunya Daya Beli

"Kalau hanya mengandalkan pasar di Pulau Jawa, moda transportasi darat sudah sangat banyak. Pertumbuhan kami justru datang dari luar Jawa, baik dari sisi retail maupun e-commerce," katanya.

Selanjutnya: Jumlah PHK Berpotensi Mengalami Lonjakan

Menarik Dibaca: Cek Ramalan Karier & Keuangan 12 Zodiak Hari Ini Senin 11 Agustus 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×