kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.307.000   8.000   0,35%
  • USD/IDR 16.691   -16,00   -0,10%
  • IDX 8.436   40,94   0,49%
  • KOMPAS100 1.175   6,96   0,60%
  • LQ45 858   4,04   0,47%
  • ISSI 292   1,46   0,50%
  • IDX30 447   2,54   0,57%
  • IDXHIDIV20 515   2,05   0,40%
  • IDX80 132   0,68   0,52%
  • IDXV30 139   0,47   0,34%
  • IDXQ30 142   0,63   0,44%

Defisit perdagangan terbesar disumbang oleh China


Selasa, 27 Agustus 2013 / 12:49 WIB
Defisit perdagangan terbesar disumbang oleh China
ILUSTRASI. Didukung RAM Hingga 12GB, Ini Spesifikasi dan Harga HP Samsung A23 di Indonesia


Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Direktur Jenderal Kerjasama Industri Internasional Kementerian Perindustrian, Agus Tjahajana Wirakusumah menegaskan, neraca perdagangan Indonesia di sektor produk industri saat ini berada dalam kondisi berat.

Menurut Agus, kondisi ini disebabkan laju ekspor lebih kecil daripada impor. "Saya tidak tahu kondisi ini sampai kapan. Yang penting tingginya laju impor jangan terjadi di produk-produk konsumtif," kata Agus saat dijumpai KONTAN di Hotel Gran Melia, Jakarta, Selasa (27/8).

Menurut Agus, apabila tingginya laju impor terjadi pada bahan baku, hal ini tak menjadi masalah karena akan diproses lebih lanjut.

Agus mengakui, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit terbesar dengan China. Saat ini selisih dengan Cina sebesar minus 17%. "Selain itu kita juga minus dengan Jepang dan Korea Selatan meski tak sebesar dengan China," kata Agus.

Oleh sebab itu, Agus mengatakan, tak ada jalan lain selain meningkatkan daya saing dengan mendorong hilirisasi produk dan diversifikasi pasar tujuan ekspor. "Inilah yang harus dilakukan agar Indonesia bisa mencapai titik keseimbangan dengan negara-negara itu," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×