kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Depperin Dorong Pembangunan Pabrik Pembuat Listrik Tenaga Surya


Kamis, 29 Mei 2008 / 18:45 WIB


Reporter: Abdul Wahid Fauzie | Editor: Test Test

MEDAN. Departemen Perindustrian (Depperin) berencana membangun pabrik bahan baku pembuat listrik tenaga surya. Hal ini dilakukannya karena Provinsi Sumatera Utara (Sumut) kekurangan pasokan listrik untuk proses produksi yang terdapat pada pabrik. Ansari Bukhari, Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Tekstil dan Aneka mengatakan konsumsi listrik di Sumut adalah sebeser 170 Mega Watt (MW) sementara ketersediaan listriknya hanyalah 150 MW. Artinya listrik di propinsi ini mengalami defisit sebanyak 20 MW.

Oleh karena itu, dibutuhkan tambahan daya listrik untuk menutupi kebutuhan tersebut. Menurut Ansari, defisit ini akan tertutupi pada akhir tahun 2009. Pasalnya, saat ini PT Pembangunan Listrik Negara (PLN) berencana membangun pembangkit listrik 2 X 200 MW. "Saat ini sedang proses pembebasan lahan dan diharapkan pembangunannya selesai di tahun 2009," tegas Ansari.

Sementara itu, Direktur Industri Elektronik Abdul Wahid sedang menjajaki pembangunan sentra industri elektonik di Langkat, Sumatera Utara. Nantinya, industri ini akan mampu mengelola silika alias bahan baku pembuat industri elektronik dan industri listrik tenaga surya. "Ada 300 hektar dan satu lokasi penuh di Pulau Sembilan yang mengandung silika," papar Abdul Wahid. Saat ini ia sedang menjajaki pemerintah pusat untuk mendatangkan teknologinya. "Investasinya sekitar Rp 100 miliar," tutur Abdul Wahid tanpa menyebutkan asal teknologinya. Pada prinsipnya untuk membuat bahan baku tenaga surya, silika harus dirubah menjadi poly crystal dan single crystal agar siap pakai.

Asal tahu saja, harga silika hanyalah sebesar Rp 83 per kilogram. Namun jika silika sudah dirubah menjadi bahan baku setengah jadi maka harganya akan melambung tinggi hingga US$ 60 per kg. Sayangnya, Wahid mengaku belum tahu bahan baku ini akan menghasilkan energi surya berapa banyak. Jika pemerintah setuju, maka pabrik hulu ini nantinya akan dimiliki pemerintah. Sedangkan pabrik hilir rencananya akan dimiliki swasta. "Sudah ada lima investor yang berminat untuk menjajaki hilir," tambah Wahid.Wahid menuturkan jika pada minggu ketiga pekan depan ia akan kembali menjajaki perusahaan-perusahaan lain agar berminat investasi. Sehingga, ia berharap pada awal 2009 sudah ada kepastian dari perusahaan tersebut. "Biar kajiannya bisa dilaksanakan secepatnya," harapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×