Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketua Umum Dewan Rempah Indonesia Gamal Nasir menilai tanaman rempah di Indonesia membutuhakan peremajaan (replanting) dan proses intensifikasi. Pasalnya, produksi tanaman rempah terus menurun dari tahun ke tahun.
"Dulu produksi rempah di Indonesia tinggi karena tanamannya masih baru. Saat ini tanaman sudah tua, produktivitas menurun dan mudah terkena serangan hama," ujar Gamal kepada Kontan.co.id, Jumat (3/3).
Menurut Gamal, rata-rata produtivitas tanaman rempah di Indonesia masih di bawah 1 ton per hektare (ha). Padahal, produktivitas tanaman rempah tersebut bisa mencapai 3 ton per ha-nya.
Produktivitas yang tinggi ini hanya bisa tercapai bila tanamannya menggunakan bibit yang bagus dan dipelihara dengan sistem budidaya yang baik pula.
Tahun ini, Kementerian Pertanian (Kemtan) menganggarkan Rp 2,7 triliun untuk meningkatkan produksi komoditas perkebunan. Salah satunya adalah untuk meningkatkan produktivitas tanaman rempah di Indonesia. Dana tersebut digunakan untuk pembelian pupuk dan benih.
Gamal membeberkan, sampai sekarang pihaknya belum mengetahui detail kemana saja dana tersebut dianggarkan. Namun, bila ditujukan untuk penyediaan benih, maka dibutuhkan waktu 8 tahun-10 tahun supaya membuahkan hasil.
"Kalau mau hasilnya cepat yang dibutuhkan adalah intensifikasi. Contohnya pupuk, itu untuk tanaman yang sudah ada. Itu bisa menghasilkan lebih cepat," tutur Gamal.
Gamal berpendapat, pemerintah perlu menjelaskan lebih lanjut ke komoditas apa saja dana tersebut akan dianggarkan.
Terlepas dari bantuan pemerintah, Gamal menilai produksi rempah masih akan cenderung stabil. Hal ini dikarenakan harganya yang masih cukup baik. Apalagi, rempah merupakan komoditas yang banyak diperlukan negara-negara lain.
Meski begitu, Gamal bilang produktivitas dan tata niaga rempah harus diperbaiki supaya produk rempah Indonesia tidak kalah bersaing dengan eksportir rempah lainnya seperti Vietnam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News