Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten yang bergerak dalam bidang jasa pengurusan transportasi PT Dewata Freight International Tbk (DEAL) mengungkapkan jika pihaknya tetap optimistis bisa mencapai pertumbuhan 10% di akhir tahun.
Sebagaimana diketahui, kinerja Perseroan pada kuartal III 2021 tercatat mengalami penurunan dari sisi pendapatan. Tak hanya itu, DEAL juga mendulang kerugian pada periode ini.
DEAL mencatat pendapatan Rp 65,09 miliar pada periode Januari-September 2021. Nilai tersebut menyusut 31,18% dari periode yang sama tahun lalu Rp 95,56 miliar. Pendapatan dari pengiriman barang berkontribusi sebesar Rp 31,63 miliar, kemudian manajemen distribusi sebesar Rp 7,72 miliar, sewa kendaraan senilai Rp 1,91 miliar, dan jasa konstruksi senilai Rp 23,82 miliar.
Pendapatan dari pelanggan Magnus berkontribusi sebesar Rp 23,83 miliar dan pelanggan PT EXspan Petrogas Internusa sebesar Rp 12,69 miliar. Di masa yang sama, DEAL juga tidak memperoleh pendapatan dari pelanggan PT Adhi Karya yang berkontribusi sebesar Rp 10,45 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Baca Juga: Penjualan Alkindo (ALDO) naik 32,2% di kuartal III 2021 berkat kertas recycle
Di sisi lain, DEAL juga menanggung rugi bersih sebesar Rp 12,58 miliar ketimbang periode yang sama tahun lalu yang masih mencatatkan laba bersih Rp 12,07 miliar. "Proyeksi bisnis tahun ini, kami optimistis akan tumbuh 10%," tutur Nur Hasanah, Corporate Secretary sekaligus Finance Director DEAL kepada Kontan, Rabu (1/12).
Mengenai capex atau belanja modal, DEAL mengakui jika serapannya belum optimal. Hal ini terjadi akibat keterlambatan eksekusi proyek sehingga pihaknya turut menunda utilitas capex. Hal ini dilakukan juga untuk menjaga kinerja Perseroan. DEAL sendiri sediakan capex Rp100 miliar tahun ini.
Walau kondisi kinerja pada kuartal III 2021 masih tertekan, DEAL melihat proyeksi bisnis tahun 2022 dengan berbagai rencana dan strategi. Salah satu hal yang dilakukan antara lain adalah, melakukan turn around bisnis model sehingga lebih adaptif dengan volatilitas biaya logistik.
"Perseroan optimis dengan proyeksi bisnis tahun 2022, dan perseroan telah melakukan perencanaan jangka pendek - menengah sebagai proses turn around dari bisnis model Perseroan. Rencana ini juga dirancang lebih adaptif terhadap volatilitas biaya logistik dengan berfokus kepada beberapa sektor komoditas," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News