Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen sawit, PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) bertekad untuk meneruskan kinerja impresifnya di sisa tahun 2022.
Sebagai informasi, DSNG meraih kenaikan penjualan 14,89% secara tahunan atau year on year (YoY) menjadi Rp 3,78 triliun pada semester I-2022. Bersamaan dengan itu, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk DSNG melesat 123% (YoY) menjadi Rp 462,73 miliar.
Dari sisi operasional, DSNG memproduksi 287.906 ton minyak kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO) pada semester I-2022 atau turun 13,77% (YoY) dibandingkan periode sebelumnya. Produksi Tandan Buah Segar (TBS) DSNG juga turun 8,22% (YoY) di semester satu lalu menjadi 917.937 ton.
Baca Juga: Potensinya Rimbun, Dharma Satya (DSNG) Mulai Ekspor Cangkang Kelapa Sawit ke Jepang
Berdasarkan keterangan laporan Investor Newslatter, penurunan produksi TBS dan CPO DSNG tersebut lebih disebabkan oleh dampak El Nino yang membuat area perkebunan perusahaan ini di Kalimantan Tengah sempat terendam banjir di kuartal I-2022. Beruntungnya, harga CPO dan Palm Kernel Oil (PKO) berada pada level yang tinggi sehingga membantu peningkatan kinerja keuangan DSNG pada semester satu kemarin.
Direktur DSNG Jenti Widjaya menyampaikan, guna mengoptimalkan kinerja di sisa tahun 2022, DSNG berupaya meningkatkan pertumbuhan produksi CPO lebih dari 10% pada tahun ini. Upaya ini dikombinasikan dengan harga CPO yang relatif masih cukup tinggi di tahun 2022.
“Dengan begitu, kami optimis pencapaian pendapatan dan laba untuk tahun 2022 dapat lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya,” ujar dia, Selasa (30/8).
Agar target produksi CPO tersebut dapat dicapai, DSNG terus menjalankan praktik operasional terbaik, seperti menyiapkan infrastruktur yang mumpuni, menyediakan tenaga kerja untuk kebutuhan panen yang cukup, memastikan kesiapan mesin-mesin di pabrik secara optimal, dan lain sebagainya.
Manajemen DSNG mengaku, saat ini masih terdapat tantangan seperti terhambatnya pengiriman produk CPO terutama untuk kebutuhan ekspor ke luar negeri. Kondisi ini dapat berpotensi mengakibatkan penumpukan stok CPO pada tangki-tangki milik perusahaan. “Masalah ini terjadi karena adanya keterbatasan kapasitas tangki,” imbuh Jenti.
Meski begitu, DSNG percaya tantangan yang notabene dihadapi oleh banyak pelaku industri sawit ini dapat segera teratasi pada sisa tahun 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News