Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski tengah menggenjot hilirisasi di sektor mineral dan batubara, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengakui ketergantungan Indonesia dengan energi fosil terutama yang berasal dari batubara masih cukup besar. Dan waktu yang dibutuhkan untuk mengurangi ketergantungan energi Indonesia terhadap batubara juga diperkirakan masih akan memakan waktu lama.
"Perlahan-lahan kita akan masuk pada energi baru terbarukan, tetapi batubara, sampai dengan hari ini kami masih menganggap sebagai salah satu energi yang cukup kompetitif, murah, dan bisa menghasilkan biaya yang kompetitif untuk menghasilkan produk. Jadi nggak usah ragu dulu," ungkap Bahlil dalam acara Indonesia Mining Summit 2024, yang dilaksanakan di Jakarta, Rabu (04/12).
Menurut Bahlil, green energy yang tidak bergantung pada batubara membutuhkan teknologi yang maju yang berpengaruh pada peningkatan biaya.
"Tetapi selama teknologinya masih mahal, dan ekonomi kita belum kuat, kita harus menyesuaikan diri dengan kondisi. Kita setuju dengan pikiran global, tapi ukur diri kita juga, baseline kita dengan baseline negara-negara yang memang sudah maju," tambah Bahlil.
Baca Juga: Bahlil Ungkap Subsidi BBM untuk Ojek Online Bakal Gunakan Skema UMKM
Dalam kesempatan yang sama, Bahlil juga mendukung pengusaha batubara untuk terus mengembangkan potensi dari tambang yang dimiliki.
"Yang pengusaha pengusaha di batubara lanjut terus, nggak ada masalah, apalagi kalau produksi bagus, Penerimaan negara bukan pajak (PNBP) negara-negara bagus, pertumbuhan ekonomi daerah bagus, nggak ada masalah," katanya.
Adapun terkait kapasitas produksi batubara, menurut catatan Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) sepanjang tahun 2023, total produksi batubara Indonesia adalah sebesar 775 juta ton atau melampaui target awal yaitu sebesar 696 juta ton.
Yang terbaru, hingga akhir November 2024, total produksi batubara dalam negeri sebesar 747,2 juta ton atau melampui target awal di 710 juta ton.
Peningkatan kebutuhan batubara juga masih terlihat dari adanya peningkatan Domestic Market Obligation (DMO) dari target tahun 2023 sebesar 177 juta ton.
Hal tersebut menurut APBI disebabkan adanya demand batubara yang meningkat, karena adanya tambahan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) baru dari proyek-proyek 35 gigawatt (GW) yang sedang diselesaikan dan meningkatnya kebutuhan untuk smelter.
Baca Juga: Menteri ESDM: Program B50 Mulai Diterapkan pada 2026
Selanjutnya: Link Live Streaming Newcastle vs Liverpool di Liga Inggris, Kamis (5/12/2024)
Menarik Dibaca: Hadirkan Ekosistem Hunian Sewa Komprehensif, Ini Deretan Produk Hunian dari Rukita
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News