kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Di Tengah Wabah Penyakit Mulut dan Kuku, Sapimoo Beri Solusi Bagi Peternak


Kamis, 02 Juni 2022 / 10:36 WIB
Di Tengah Wabah Penyakit Mulut dan Kuku, Sapimoo Beri Solusi Bagi Peternak
ILUSTRASI. Di Tengah Wabah Penyakit Mulut dan Kuku, Sapimoo Beri Solusi Bagi Peternak


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kementan) telah menyatakan wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang terjadi di Jawa Timur dan Aceh sejak tanggal 5 Mei 2022 dan berkembang menjadi 17 propinsi hingga saat ini. 

PMK pada sapi adalah salah satu penyakit hewan menular paling berbahaya pada sapi yang memiliki daya tular yang sangat cepat dan luas. 

Menurut Drh. Deddy F Kurniawan, Founder dan CEO SAPIMOO, PMK pada sapi berdampak sangat besar pada kerugian ekonomi peternak dimana kerugian berasal dari penurunan produktifitas susu, penurunan berat badan, biaya pengobatan, kematian hingga jumlah sapi yang harus di afkir untuk menghindari kerugian secara nilai ekonomi lebih lanjut. 

Indonesia tercatat mempunyai 17 juta ekor sapi dan saat ini masih mempunyai ketergantungan tinggi terhadap daging dan susu impor. Gangguan terhadap nilai ekonomi ini akan menyebabkan ancaman terhadap mata pencaharian peternak khususnya peternak mikro.

Baca Juga: Capai Status Bebas PMK, Pusvetma Kementan Siap Produksi Vaksin

Menurut Deddy, yang juga menjabat sebagai Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Jatim, salah satu permasalahan utama dalam penanganan kasus PMK pada sapi adalah masih minimnya pemahaman peternak tentang penyakit ini sehingga seringkali deteksi dan laporan tidak bisa dilakukan secara lebih dini dan tentu saja akan mengurangi kecepatan penyembuhan. 

Layanan konsultasi secara daring dengan menghubungkan peternak dengan petugas kesehatan hewan yang mumpuni diharapkan dapat menjembatani masalah gap komunikasi yang ada. Pengalaman telemedicine dalam penanganan pandemi Covid-19 telah dirasakan oleh masyarakat dan praktisi kesehatan. 

Ini disampakan oleh Dr. Ivan Sini, tokoh praktisi kesehatan dan Komisaris Utama PT Bundamedik, Tbk. (BMHS), bahwa pandemi ini membuktikan bahwa kebutuhan informasi kesehatan yang mudah diakses menjadi trend-shifter dalam komunikasi penyuluhan maupun deteksi dini penyakit pada manusia. 

SAPIMOO adalah platform digital berbasis mahadata dan kecerdasan buatan yang didirikan oleh para ahli dibidang ternak sapi dengan reputasi sangat baik di Indonesia dan Internasional. 

Baca Juga: Kementan Dorong Petani Milenial Atasi Hama Belalang dengan Cara Ini

SAPIMOO menawarkan solusi interaktif layanan kesehatan hewan dan reproduksi dengan menitikberatkan pada pencatatan tanda dan gejala gangguan kesehatan dan reproduksi pada sapi untuk meningkatkan nilai ekonomi masyarakat. 

Analisa dan rekomendasi diberikan secara daring kepada pengguna aktif aplikasi SAPIMOO. Diharapkan SAPIMOO dapat berkontribusi dengan menjadi bagian dari solusi untuk membantu produktifitas peternak Indonesia. Layanan konsultasi gratis ini dilakukan secara daring melalui akun aktif masing-masing pengguna

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×