kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,40   8,81   0.99%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Diproyeksi merugi, begini strategi Citatah (CTTH) bertahan dalam tekanan pandemi


Senin, 31 Agustus 2020 / 19:12 WIB
Diproyeksi merugi, begini strategi Citatah (CTTH) bertahan dalam tekanan pandemi
ILUSTRASI. keramik produk citatah tbk. Dok.Citatah


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Citatah Tbk (CTTH) memproyeksikan bakal mengalami kerugian hingga akhir tahun 2020 mendatang. Anjloknya penjualan akibat covid-19 membuat emiten yang bergerak di bisnis ekstraksi dan pemrosesan marmer ini harus atur strategi agar tetap bisa bertahan di tengah tekanan pandemi.

Direktur Citatah Tiffany Johanes mengungkapkan, pandemi covid-19 sangat berdampak terhadap sejumlah proyek konstruksi dan properti sehingga pengerjaannya menjadi terhambat. Akibatnya, pengiriman marmer atau produk CTTH kepada pelanggan pun menjadi tertunda.

Kata Tifanny, CTTH sebenarnya sudah mengantongi sejumlah kontrak dan pengiriman produk hingga pertengahan tahun ini. Dengan adanya kontrak dan pengiriman tersebut, setidaknya CTTH bisa mengantongi penjualan hingga Rp 175 miliar pada 2020. Namun karena terganjal covid-19, penjualan yang bisa dikantongi CTTH pun diproyeksikan hanya sebesar Rp 90,69 miliar.

Tiffany merinci, pasar domestik diprediksi masih mendominasi dengan porsi sebesar Rp 58,57 miliar sedangkan penjualan dari ekspor mencapai sekitar Rp 32,11 miliar.

Baca Juga: Sepanjang kuartal II-2020, lima emiten ini masuk jajaran saham gocap

Tidak optimalnya kinerja penjualan membuat CTTH diproyeksikan bakal menanggung rugi sekitar Rp 37,56 miliar sepanjang tahun ini. "Dengan adanya penundaan (proyek dan pengiriman) kerugian kurang lebih sampai akhir tahun 2020 sekitar Rp 37 miliar," kata Tiffany dalam Public Expose yang digelar Senin (31/8).

Hingga Semester I-2020, penjualan CTTH tercatat sebesar Rp 42,6 miliar atau anjlok 57,19% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Merosotnya penjualan diikuti dengan kinerja CTTH yang berbalik rugi sebesar Rp 20,74 miliar dibandingkan Semester I-2019 yang meraih laba di angka Rp 1,32 miliar.

Dari sisi operasional, Tifanny mengungkapkan bahwa kondisi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang mengharuskan protokol kesehatan secara ketat, serta menurunnya pesanan dan pengiriman produk membuat output tambang dan pabrik CTTH ikut merosot dan mengalami penyesuaian.

Dalam periode Semester I-2020, produksi tambang CTTH di pangkep Sulawesi Selatan turun 49% dari periode yang sama tahun lalu menjadi 358 m3 per bulan.  Kondisi serupa terjadi pada dua pabrik CTTH yang terletak di Pangkep dan Karawang.

Produksi di Pangkep turun menjadi 25.052 m² di Semester I-2020, padahal pada Semester I-2019 produksinya mampu mencapai 52.701 m2. Begitu juga dengan pabrik CTTH di Karawang yang memproduksi 4.083 m², dibandingkan Semester I-2019 yang sebesar 6.321 m².

Di tengah kondisi ini, Tifanny mengatakan bahwa CTTH tidak akan menganggarkan belanja modal alias capital expenditure (capex) pada 2020. Padahal pada tahun lalu, CTTH masih mengalokasikan capex sekitar Rp 3 miliar untuk keperluan tambang.

Baca Juga: Tetap Selektif, Kenaikan Saham-Saham Pertambangan Hanya Sesaat

Kata dia, saat ini CTTH sedang fokus untuk melakukan efisiensi di segala lini, baik dari tambang, produksi di pabrik maupun di lini pendukung lainnya. "Tahun ini tidak ada capex mengingat situasi ini tidak memungkinkan. Kita juga lakukan efisiensi di semua lini," kata Tifanny.

Kendati begitu, dia memastikan bahwa CTTH tetap memiliki strategi untuk tidak hanya bertahan, namun juga bisa berkembang pasca pandemi covid-19. Strategi yang dikerjakan CTTH antara lain dengan tetap gencar mencari kontrak-kontrak baru meski pengirimannya tidak dilakukan di tahun ini.

Selain itu, CTTH juga bakal melakukan diversifikasi pasar domestik ke daerah-daerah yang sebelumnya belum tergarap optimal seperti di Sumatera dan Kalimantan. Dari sisi ekspor, CTTH berupaya untuk memperbesar porsi penjualan ke negara-negara yang tidak terlalu terdampak covid-19 seperti Korea Selatan dan Vietnam.

Tak hanya itu, sambung Tifanny, CTTH juga bakal melakukan ekspansi ke segmen retail. Pasalnya, saat ini lebih dari 95% penjualan CTTH ditopang oleh kontrak berbasis proyek. Dengan memulai fokus di bisnis retail, Tifanny berharap segmen ini paling tidak bisa berkontribusi 5% pada tahun ini. "Kita jajaki peluang-peluang tersebut," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×