kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Dirut Pertamina: Konsumsi Solar Subsidi Berpotensi Melonjak 14% dari Kuota


Senin, 28 Maret 2022 / 17:43 WIB
Dirut Pertamina: Konsumsi Solar Subsidi Berpotensi Melonjak 14% dari Kuota
ILUSTRASI. truk mengantre untuk mengisi bahan bakar solar bersubsidi di SPBU Paal Lima, Kota Baru, Jambi.


Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati mengungkapkan, konsumsi BBM Solar Bersubsidi berpotensi terus meningkat melebihi kuota yang ditetapkan pada tahun 2022.

Nicke menjelaskan, konsumsi bisa saja melebihi kuota solar subsidi khusus sektor ritel yang tahun ini dipatok sebesar 14,09 juta kiloliter (kl).

"Tapi kami prediksi akan naik ke 16 juta kl. Jadi sampai akhir tahun ada peningkatan 14% kuotanya," ungkap Nicke dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR RI, Senin (28/3).

Nicke melanjutkan, per Februari 2022, konsumsi BBM solar bersubsidi mencapai 10% di atas kuota bulanan yang ditetapkan.

Pertamina mencatat, penyaluran per Februari 2022 mencapai 2,49 juta kl atau berlebih sekitar 227.580 kl dari kuota bulanan. Kondisi ini pun terjadi untuk seluruh daerah kecuali Maluku dan Papua.

Nicke menambahkan, tren konsumsi yang meningkat berbanding terbalik dengan suplai yang menurun 5% ketimbang kuota pada tahun 2021 lalu.

Baca Juga: Konsumsi Solar Subsidi Melonjak, Pertamina Normalisasi Pasokan

Tak sampai di situ, Nicke mengungkapkan, saat ini porsi konsumsi BBM Solar bersubsidi mencapai 93% dari total konsumsi jenis BBM Solar. Sementara BBM Solar non subsidi konsumsinya hanya mencapai 7%.

Menurutnya, terjadi anomali konsumsi dan ada dugaan peralihan konsumsi oleh industri atau pihak yang sejatinya tidak berhak mengkonsumsi BBM Solar Bersubsidi.

Apalagi, saat ini disparitas harga antara BBM Solar subsidi dan non subsidi kian tinggi. Menurut hitung-hitungan Pertamina, selisih harga saat ini mencapai Rp 7.800 per liter.

"Ini kita duga dan ini kelihatannya karena penjualan Solar non subsidi itu turun, penjualan subsidi naik padahal industri naik jadi memang semuanya kesana (shifiting product)," terang Nicke.

Baca Juga: BPH Migas Jamin Stok Solar Aman

Nicke menambahkan, perlu ada penambahan kuota demi menjamin ketersediaan BBM Solar Subsidi sampai akhir tahun seiring prediksi peningkatan konsumsi untuk tahun 2022.

Selain itu, perlu ada regulasi dengan level Keputusan Menteri untuk memastikan pihak mana saja yang berhak mengkonsumsi BBM Solar Bersubsidi dan juga besaran kuota maksimum untuk setiap konsumen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×