Reporter: Agung Hidayat | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) ingin fokus berbisnis di bidang makanan dan snack ringan (foods & beverages). Niatan ini menjadi mutlak lantaran perseroan bakal mendivestasikan sahamnya di anak usaha pengolahan beras.
Meski porsi penjualan beras menyumbang pendapatan perseroan hingga 55% tiap tahunnya, utang yang melilitnya turut membebani keuangan perseroan. “Setelah divestasi, TPS food hanya akan fokus ke bisnis makanan," ujar Sjambiri Lioe, Direktur Keuangan AISA kepada Kontan.co.id (7/11).
Fokus dengan bisnis makanannya, AISA punya pekerjaan panjang untuk meningkatkan pendapatan seperti saat masih memproduksi beras.
Sebab kata Sjambiri, secara bertahap setelah divestasi perusahaan ingin mengerek pendapatannya sama seperti saat berdagang beras dahulunya.
Sekadar mengingatkan, bisnis beras Tiga Pilar sempat terpukul akibat skandal beras oleh anak usahanya, PT Indo Beras Unggul.
Perusahaan mengakui, memerlukan ekspansi yang memadai di sektor snack dan makanan olahan. “Pastilah ada nantinya,” jawab Sjambiri.
Namun, ia belum mau membeberkan hal tersebut, yang jelas untuk tahap awal perolehan penjualan AISA masih terbilang kecil kalau hanya mengandalkan lini makanan saja.
Selain itu, dengan fokus di bisnis makanan AISA ingin angka Price Earning Ratio (PER) nya bisa menyamai perusahaan makanan ternama lainnya. “Mereka (perusahaan makanan lainnya) PER nya besar-besar, kalau kami masih kecil. Harapannya dengan focus dibisnis makanan PER kami bisa normal/ideal,” ungkap Sjambiri.
Menurutnya Sjambiri, level PER yang ideal setidaknya bisa di angka 20 an. Sementara sampai saat ini PER dari PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk masih berada di angka 7.
Sampai dengan Sembilan bulan pertama ini, AISA mengklaim, bisnis makanannya tumbuh diatas 10%. Menilik laporan keuangan semester I 2017, pendapatan perseroan tercatat sebesar Rp 3,3 triliun. Jumlah tersebut turun dari pendapatan semester I 2016 yang sebesar Rp 3,57 triliun. Sedangkan laba pada semester I tahun ini hanya Rp 3,3 triliun, turun sebesar 7,54% dari periode sama di 2016.
Adapun divisi manufaktur makanan sampai semester I 2017 tercatat naik 5,8%, dari Rp 1,19 triliun menjadi Rp 1,26 triliun. Sjambiri mengatakan dalam akhir tahun ini perusahaan masih menambah beberapa stock keeping unit (SKU). AISA dikenal dengan produk snack Taro, Mie Kremezz, Mie Cap Ayam 2 Telor, Bihun Superior dan ragam makanan lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News