kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.415.000   -4.000   -0,28%
  • USD/IDR 15.490
  • IDX 7.555   20,61   0,27%
  • KOMPAS100 1.163   0,66   0,06%
  • LQ45 942   3,23   0,34%
  • ISSI 221   -0,44   -0,20%
  • IDX30 479   2,02   0,42%
  • IDXHIDIV20 576   2,70   0,47%
  • IDX80 131   0,22   0,17%
  • IDXV30 136   -0,53   -0,39%
  • IDXQ30 160   0,80   0,50%

Dongkrak Ekspor, Kadin Usul Bebas Bea Impor dan Peningkatan Pasar Non Tradisional


Senin, 15 Juli 2024 / 15:52 WIB
Dongkrak Ekspor, Kadin Usul Bebas Bea Impor dan Peningkatan Pasar Non Tradisional
Pemaparan Ketua Umum Kadin Arsjad Rasjid bersama pengurus pusat Kadin Indonesia di Jakarta (15/7/2024).


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mengusulkan beberapa strategi guna menggenjot kinerja ekspor dalam negeri. 

Salah satunya adalah dengan mendorong bebas bea impor untuk industri berorientasi ekspor hingga mengambil kesempatan dengan meningkatkan transaksi di pasar non tradisional. 

"Semestinya biaya impor itu nol kalau memang mau diekspor. Supaya kita kompetitif dan juga harus gampang masuknya. Kenapa? Karena ini rencana untuk diekspor," ungkap Ketua Umum Kadin Arsjad Rasjid di Menara Kadin, Jakarta, Senin (15/7). 

Baca Juga: Tunggu Persetujuan Mendag, Satgas impor Ilegal Bakal Bekerja Mulai Pekan Ini

Dengan relaksasi bea impor, Arsyad mengatakan hal ini akan menguatkan posisi industri Indonesia sehingga akhirnya berpengaruh pada peningkatan devisa negara. 

"Bagaimanapun kita harus meningkatkan devisa, jadi kita harus meningkatkan ekspor kita. Jadi contoh apapun itu, walaupun ada barang impor, impor itu dipakai digunakan untuk value added devisa produk untuk kemudian diekspor," tambahnya. 

Selain bea impor nol, strategi lainnya adalah melakukan optimalisasi pasar non-tradisional. Dua kawasan yang cukup berpotensi adalah hubungan pasar non-tradisional di kawasan Afrika dan Amerika Latin. 

"Jadi yang namanya pasar non-traditional itu harus kita lakukan. Karena ternyata kan lebih banyak (peluang). Karena ada suatu pergeseran perputaran ekonomi yang berubah sekarang ini. Kita juga perlu berjaga-jaga, bukan negara maju saja," jelasnya. 

Dalam kesempatan yang sama, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Kemaritiman Investasi, dan Luar Negeri, Shinta Widaja Kamdani mengatakan kondisi geopolitik saat ini juga mempengaruhi permintaan di pasar global. 

"Tentu saja dengan kondisi geopolitik sekarang ini sangat mempengaruhi ya. Jadi demand dari pasar global juga menurun, cukup signifikan," katanya. 

Baca Juga: Perdagangan RI ke China, Australia, dan Thailand Mengalami Defisit pada Juni 2024

Oleh karena itu Kadin mendorong adanya diversifikasi di pasar ekspor, serta pengembangan pasar di daerah-daerah potensial. 

"Dan kami merasa dari Kadin, juga membantu pemerintah dalam diversifikasi pasar ekspor.  Ya memang Afrika adalah salah satu kunci pasar juga yang sedang dikembangkan. Ini tidak hanya untuk kendaraan tapi juga investasi. Perusahaan-perusahaan Indonesia juga sudah mulai melihat peluang di Afrika," katanya. 

Selain Afrika, pasar Amerika Selatan ungkapnya juga cukup menjanjikan. 

"Pasar Amerika Selatan ini peluangnya besar. Tapi karena geografiknya jauh mungkin lebih sulit ya (untuk berdagang). Nah, tapi kita sudah memiliki Indonesia Chile Comprehensive Economic Partnership Agreement, lewat ini mungkin kita utilisasi lebih banyak. Dan tadinya ini cuma trading goods sudah mulai kita kembangkan ke investasi dan services," tutupnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Sustainability Reporting with GRI Standards Practical Business and Social Responsibility berbasis ISO

[X]
×