kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Dorong Energi Hijau, Kilang Pertamina Internasional (KPI) Optimalkan Green Refinery


Senin, 17 Oktober 2022 / 19:53 WIB
Dorong Energi Hijau, Kilang Pertamina Internasional (KPI) Optimalkan Green Refinery
ILUSTRASI. Aktivitas pekerja Kilang Pertamina Internasional.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - NUSA DUA. PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) sebagai bagian dari Pertamina Group turut berperan dalam pengembangan bahan bakar yang memanfaatkan energi terbarukan atau Green Energy. Salah satunya melalui proyek Green Refinery.

Chief Executive Officer (CEO) Kilang Pertamina Internasional menyampaikan, pihaknya telah mengoperasikan Green Refinery di Kilang Cilacap yang berkapasitas 3.000 barel per hari untuk memproduksi Hydrotreated Vegetable Oil (HVO) serta Sustainable Aviation Fuel (SAF).

HVO sendiri memiliki bahan baku berupa Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO). Produk ini merupakan substitusi bahan bakar diesel yang ramah lingkungan. Sementara, SAF berbahan baku Refined Bleached Deodorized Kernel Palm Oil (RBDKPO) yang mana produk ini dapat dipakai sebagai Bio Jet Fuel untuk dicampurkan dengan Avtur.

Taufik menuturkan, capital expenditure (capex) atau belanja modal yang digelontorkan KPI untuk mengembangkan Green Refinery tersebut berada di bawah US$ 200 juta.

“Jumlah capex-nya tidak besar. Sebab, kami hanya memakai refinery yang sudah ada di Kilang Cilacap yang kemudian dilakukan peningkatan dan penyesuaian berdasarkan produk dan teknologinya,” ungkap dia ketika ditemui Kontan, Senin (17/10).

Baca Juga: Jaga Momentum Pemulihan Ekonomi, Pemerintah Ramu Sejumlah Strategi

KPI pun telah memasarkan produk hasil Green Refinery tersebut, khususnya untuk HVO. Sejak pertengahan tahun ini, KPI mampu menjual HVO ke pasar domestik dan ekspor dengan merek Pertamina Renewable Diesel (Pertamina RD). Sebagai contoh, pada Juni lalu produk ini digunakan sebagai bahan bakar generator set untuk perhelatan Formula E di Jakarta.

Berlanjut pada Agustus hingga November 2022, KPI melakukan pengapalan HVO untuk pasar ekspor sebesar 15.000 ton atau sekitar 120.000 barel dalam 4 kali pengiriman. Permintaan ekspor datang dari Asia seperti Jepang dan beberapa negara Eropa. “Ke depannya, produk ini akan banyak dipakai oleh industri-industri yang concern dengan Green Energy,” kata Taufik.

Green Refinery milik KPI dipastikan akan terus dikembangkan dalam Fase II sehingga kapasitas produksinya dapat mencapai 6.000 barel per hari. Selain itu, pengembangan Fase II juga dilakukan untuk meningkatkan spesifikasi pada produk SAF.

Green Refinery ini juga dikembangkan lagi untuk fleksibilitas bahan baku. Dalam hal ini, KPI tengah mengkaji penggunaan bahan baku seperti Palm Oil Mill Effluent (POME) dan minyak jelantah atau Used Cooking Oil pada fasilitas tersebut.

“Proyek Green Refinery Fase II ditargetkan dapat selesai pada tahun 2026 mendatang,” imbuh Taufik.

Baca Juga: Selain Pertamina, ExxonMobil Ikut Intip Peluang Masuk Masela

Selain Green Refinery di Cilacap, Pertamina Group juga memiliki proyek Green Refinery lainnya di Kilang Plaju dengan kapasitas produksi 20.000 barel per hari.

Di luar itu, KPI juga menggarap proyek Green/Blue Methanol di Balongan dengan kapasitas produksi methanol sebesar 44 kilo ton per tahun. Produk methanol ini digunakan sebagai bahan campuran produk bensin.

Proyek ini sedang dalam tahap studi kelayakan dan memulai proses Engineering, Procurement, dan Construction (EPC) pada tahun 2024, serta ditargetkan beroperasi pada 2027. Nilai investasi untuk proyek tersebut mencapai US$ 191 juta.

Ada pula proyek Bioethanol dengan kapasitas 50 kilo ton per tahun di Sei Mangkei yang memanfaatkan tandan kosong kelapa sawit. Proyek ini bernilai investasi sebesar US$ 232 juta. Saat ini, proyek Bioethanol KPI sedang dalam proses studi kelayakan, kemudian pada tahun 2024 dilakukan proses EPC dan diharapkan beroperasi pada tahun 2027.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×