Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .
Yang terang, emiten grup Sinarmas ini akan tetap menaruh perhatian besar terhadap bisnis energi tatkala proyek PLTU Kalteng-1 telah beroperasi. Bahkan, meski belum dijelaskan secara gamblang, manajemen DSSA juga mengkaji peluang berkecimpung di bisnis energi baru terbarukan (EBT).
Di luar itu, DSSA juga tetap memperkuat lini bisnis pertambangan batubara. Emiten ini pun acapkali melakukan aksi korporasi di bidang tambang batubara.
Terbaru, pada bulan Mei lalu, anak usaha DSSA yaitu Golden Energy and Resources (GEAR) membeli 3,87 juta saham Stanmore Coal Limited dengan harga A$ 1 per saham. Lantas, dana yang dikeluarkan GEAR untuk pembelian tersebut mencapai A$ 3,88 juta.
GEAR pun melakukan aksi korporasi tersebut lewat anak usahanya yakni Golden Investment Pte Ltd. Usai transaksi tersebut, kepemilikan saham GEAR di Stanmore Coal Limited tumbuh dari 58,82% menjadi 60,25%.
Baca Juga: Dian Swastatika Sentosa (DSSA) dirikan anak usaha baru
Susan menyebut, seiring status GEAR sebagai pemilik saham mayoritas Stanmore Coal Limited, maka pembelian saham ini tentu akan berdampak positif bagi portofolio bisnis DSSA. “Kinerja keuangan Stanmore akan dikonsolidasikan dalam laporan keuangan dan diharapkan dapat memberi kontribusi positif bagi perseroan,” terang dia.
Dalam catatan Kontan, DSSA juga menjalankan roda bisnis tambang batubara di Indonesia lewat PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS). Produksi batubara GEMS hingga kuartal I-2020 mencapai 8,4 juta ton atau naik 18% secara year on year. Per akhir 2019, DSSA mencetak penurunan pendapatan sebesar 5,68% (yoy) menjadi US$ 1,6 miliar. Laba bersih perusahaan ini juga menyusut 43,80% (yoy) menjadi US$ 50,22 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News