Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kontribusi sektor hulu migas dari perusahaan minyak turut menyumbang peningkatan produksi siap jual alias lifting minyak nasional.
PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) mencatat pencapaian penting lewat pengoperasian dua lapangan migas baru, Forel dan Terubuk, di wilayah kerja South Natuna Sea Block B, Kepulauan Riau.
Dua lapangan tersebut resmi beroperasi (onstream) pada pertengahan Mei 2025 dengan total investasi sekitar US$ 600 juta. Proyek ini akan menambah pasokan energi nasional hingga sebesar 20.000 BOPD minyak dan 60 MMSCFD gas, setara total produksi sekitar 30.000 BOEPD.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan, proyek tersebut menjadi salah satu penopang target produksi nasional tahun ini.
"Total investasi kurang lebih sekitar US$ 600 juta dan mampu menciptakan lapangan pekerjaan kurang lebih sekitar 2.300 orang pada masa kontruksi,” kata Bahlil dalam RDP DPR pada Selasa (11/11/2025).
Baca Juga: Laba Bersih Turun Signifikan, Cek Rekomendasi Saham Medco Energi Internasional (MEDC)
Menurutnya proyek ini memiliki nilai strategis karena seluruh proses pengembangannya dikerjakan oleh anak bangsa.
"Proyek ini memiliki nilai strategis karena yang punya adalah anak kandung daripada republik Indonesia, pekerjanya juga. Termasuk kapal PSO-nya, 100% buatan TKDN Indonesia," tuturnya.
Bahlil telah melaporkan minyak Indonesia hingga Oktober 2025 telah mencapai 605,5 ribu barel per hari (bph), naik 4,94% dibandingkan periode Januari–Oktober 2024.
“Kami juga laporkan dalam APBN kita, untuk produksi minyak kita di tahun 2025, itu sebesar 605.000 barel per day. Dan kami laporkan di forum yang terhormat ini, sampai dengan bulan Oktober kita sudah mencapai 605,8 ribu barel per day,” kata Bahlil dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XII DPR RI, Selasa (11/11/2025).
Ia menilai capaian tersebut menjadi sinyal positif di tengah tantangan alamiah sektor hulu migas, terutama karena banyak sumur tua yang membutuhkan investasi tambahan agar tetap produktif.
Adapun, tambahan produksi dari dua lapangan baru MedcoEnergi menjadi angin segar di tengah upaya pemerintah mengejar target lifting minyak 605 ribu barel per hari pada tahun ini.
Baca Juga: RMK Energy (RMKE) Manfaatkan Lahan Anak Usaha Medco Energi (MEDC)
Sementara itu, Direktur & Chief Operating Officer MedcoEnergi Ronald Gunawan menjelaskan, produksi perdana (first oil) dari Lapangan Forel telah mencapai 10 ribu barel per hari (BOPD) dan seluruh hasil produksinya ditampung di Fasilitas Produksi, Penyimpanan, dan Bongkar Muat Terapung (FPSO) Marlin Natuna sebelum dikapalkan.
"Keberhasilan Lifting Minyak Perdana ini mencerminkan sinergi yang kuat antara Pemerintah, SKK Migas, dan tim MedcoEnergi," ujar Ronald Gunawan, Direktur & Chief Operating Officer MedcoEnergi dalam keterangan resmi.
MedcoEnergi juga mencatat sejarah baru lewat penggunaan FPSO Marlin Natuna, proyek konversi kapal tanker pertama yang dikerjakan di Indonesia oleh tenaga kerja lokal. Proyek ini menjadi bukti komitmen perusahaan terhadap penerapan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan penguatan rantai pasok industri migas nasional.
Baca Juga: Tingkatkan Efisiensi, Medco Energi (MEDC) Kurangi Konsumsi Bahan Bakar Gas
Founder & Advisor ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto menilai capaian produksi 20 ribu barel per hari dari MedcoEnergi tergolong signifikan dalam konteks kondisi industri migas saat ini.
“Angka 20 ribu barel per hari itu signifikan. Tidak sembarang proyek bisa menambah produksi sebesar itu sekarang. Ini akan bagus kalau bisa diduplikasi oleh perusahaan migas nasional lain,” ujar Pri Agung kepada Kontan, Rabu (12/11/2025).
Sementara itu, pengamat migas Hadi Ismoyo menilai capaian MedcoEnergi merupakan prestasi penting bagi insan migas nasional.
“Menyumbang 20 ribu barel per hari itu luar biasa. Ini sekitar 3% dari produksi nasional dan akan memperkuat capaian target produksi nasional,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (12/11/2025).
Menurut Hadi, strategi Medco yang mengintegrasikan seluruh sumber daya, baik di bawah permukaan maupun permukaan, menunjukkan efisiensi dan perencanaan pengembangan yang ekonomis.
“Patut dicontoh, karena pendekatan efisien seperti ini yang membuat proyek hulu migas tetap kompetitif di tengah tantangan global,” ujarnya.
Selanjutnya: Mentan Copot Pejabat Kementan yang Sewakan 300 Hektar Lahan Negara
Menarik Dibaca: Harga Emas Berfluktuasi di atas US$ 4.100, Setelah Rebound Tiga Hari
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













