kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45892,58   -2,96   -0.33%
  • EMAS1.324.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Duh! Harga makanan dan minuman bakal naik


Jumat, 25 Mei 2012 / 07:00 WIB
Duh! Harga makanan dan minuman bakal naik
ILUSTRASI. Seorang Ortodoks Yahudi pro-Palestina memakai masker wajah selama protes di dekat Konsulat Israel menyusul maraknya kekerasan Israel-Palestina di wilayah Manhattan di New York City.


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Kenaikan harga gas industri jelas berpengaruh pada laju bisnis industri makanan dan minuman, khususnya pemakai gas dari PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN). Maklum, perusahaan gas negara ini memang sedang menaikkan harga jual gas dengan alasan harga hulunya juga naik. Akibatnya, pebisnis makanan pun terpaksa mengerek harga jual produk mereka.

Adhi Lukman, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) mengatakan, kenaikan harga gas PGN yang mencapai 55% akan memicu kenaikan biaya produksi yang cukup besar. "Kalau dihitung, kenaikan harga gas PGN ini bisa memicu kenaikan biaya produksi sebesar 7,5%," katanya, kemarin.

Imbasnya harga jual produk makanan dipastikan ikut naik. Kenaikan harga produk makanan dan minuman ini bisa mencapai 7,5% sesuai dengan kenaikan biaya produksi. Menurut Adhi, komponen energi memakan porsi yang cukup besar. Yakni antara 10%-15% terhadap total beban biaya produksi.

Produsen makanan, menurutnya, mengaku sulit untuk tidak menaikkan harga jual produk. Pasalnya, beberapa komponen lain juga naik. Sebut saja misalnya kenaikan upah buruh dan harga kemasan. "Industri makanan sebelumnya sudah menanggung berbagai beban biaya produksi itu," katanya.

Ia menjelaskan, kenaikan upah buruh di beberapa daerah membuat produsen terpaksa menghitung ulang beban produksi. Ditambah kenaikan harga bahan baku kemasan, terutama kemasan plastik yang naik 9% akibat kenaikan harga minyak bumi.
Harga sudah naik

Bagi idnsutri makanan, kenaikan harga merupakan langkah menjaga marjin keuntungan perusahaan. Namun, Adhi berharap, kenaikan harga makanan ini tidak terlalu drastis untuk menjaga daya beli konsumen. Dan produsen makanan pun diharap bisa melakukan efisiensi. Misalnya mencari bahan baku yang lebih ekonomis namun dengan kualitas yang baik.

Salah satu produsen makanan, PT Mayora Indah Tbk berencana menaikkan harga jual produk sekitar 5%-10% mulai Mei ini. Seperti prediksi Adhi, Mayora berharap kenaikan harga jual ini bisa menjaga marjin laba perseroan yang dipastikan bakal berkurang bila tidak menaikkan harga saat beban produksi terus melaju tinggi.

Direktur Utama Mayora Andre Sukendra Atmadja bilang Mayora belum menaikkan harga jual produk sejak tahun lalu. Untuk tahun ini, Mayora harus mulai mengevaluasi harga jual. "Tahun lalu perseroan belum menaikkan harga jual saat harga bahan baku meningkat," ujarnya.

Produsen roti merek Sari Roti yakni PT Nippon Indosari bahkan sudah menaikkan harga jual pada April kemarin sebesar 8%-10%. Direktur Nippon Indosari, Yusuf Hady mengungkapkan kenaikan harga jual dilakukan untuk mengimbangi kenaikkan biaya produksi yang terjadi sejak awal tahun ini antara lain upah buruh yang naik.

Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Benny Wahyudi juga bilang, kenaikan harga gas akan berpengaruh langsung pada industri makanan. Pasalnyabanyak industri makanan skala besar masih mengandalkan pasokan gas dari PGN sebagai sumber utama energi mereka. "Sedangkan pasokan gas untuk industri belum terpenuhi seluruhnya," katanya.

Namun demikian, kenaikan harga makanan juga terjadi di produk makanan sekala industri kecil menengah (IKM). Soalnya, sebagian bahan baku makanan seperti tepung terigu berasal dari perusahaan makanan besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×