kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

e-Smart IKM, Implementasi Industri Kecil Era Industri 4.0


Selasa, 07 Agustus 2018 / 14:33 WIB
e-Smart IKM, Implementasi Industri Kecil Era Industri 4.0
ILUSTRASI. e-Smart IKM, Strategi Kemenperin Dorong IKM


Reporter: Denisa Kusuma | Editor: Agung Jatmiko

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam menghadapi era Industri 4.0, salah satu program prioritas pemerintah pada Making Indonesia 4.0 adalah memberdayakan industri kecil dan menengah (IKM) melalui teknologi digital, salah satunya e-Commerce atau perdagangan online yang diimplementasikan dalam program e-Smart IKM.

Untuk itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus menyelenggarakan workshop e-Smart IKM di berbagai provinsi di Indonesia. Sampai saat ini, program e-Smart IKM telah dilaksanakan di 22 Provinsi dengan melibatkan 5 lembaga, yakni Bank Indonesia (BI), PT Bank Negara Indonesia (BNI), Google, iDeA dan Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) dan Pemerintah Provinsi, Kota serta Kabupaten.

Di tengah tren ekonomi digital yang berkembang pesat, industri kecil dan menengah (IKM) didorong untuk aktif dalam memasarkan produknya melalui perdagangan online. Dalam hal ini, Kemenperin terus mengajak IKM untuk masuk dalam pasar online melalui program e-Smart IKM yang telah bekerjasama dengan marketplace Bukalapak, Tokopedia, Shopee, BliBli, Blanja.com, dan Ralali, serta Gojek Indonesia.

Direktur Jenderal IKM Gati Wibawaningsih mengatakan, melalui berbagai kerjasama yang telah dilakukan diharapkan akan terjadi sinergi dalam pengembangan dan pembinaan Industri Kecil dan Menengah yang mengarah pada one stop solution bagi IKM.

“Sebelumnya, Direktorat Jenderal IKM juga telah bekerjasama dengan Google dalam rangka pengembangan kemampuan IKM dalam pemanfaatan fitur-fitur pada aplikasi Google untuk promosi produk dan pengembangan bisnis online. Direktorat Jenderal IKM akan melakukan evaluasi terhadap kinerja IKM yang masuk dalam program e-Smart IKM sebagai bahan analisa penyusunan kebijakan pembinaan IKM kedepannya,” tambahnya.

Pada tanggal 7-8 Agustus 2018, sebanyak 150 IKM yang berasal dari sektor logam, makanan, minuman, fashion dan craft, mengikuti workshop e-Smart IKM yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Menengah (Ditjen IKM) Kemenperin di Pajajaran Suite Resort & Convention Hotel, Bogor, Jawa Barat. Sejak diluncurkan pada 27 Januari 2017 yang lalu, workshop e-Smart IKM telah diikuti oleh 2900 peserta dan membukukan nilai transaksi online lebih dari Rp 600 juta. Pada tahun ini, ditargetkan akan bertambah 4.000 IKM di seluruh Indonesia yang bergabung dalam e-Smart IKM.

Gati mengatakan, IKM harus update dengan teknologi, sesuai dengan program prioritas Making Indonesia 4.0. “’Untuk itu Kementerian Perindustrian berupaya melakukan edukasi pentingnya teknologi digital, manajemen keuangan yang baik, serta produk yang memenuhi standard sebagai implementasi era industry 4.0,” jelasnya.

Program e-Smart IKM merupakan sistem basis data IKM nasional yang tersaji dalam bentuk profil industri, sentra, dan produk yang diintegrasikan dengan marketplace yang telah ada dengan tujuan untuk semakin meningkatkan akses pasar IKM melalui internet marketing.

Gati mengungkapkan bahwa pemerintah tidak tinggal diam melihat peluang besar dalam e-Commerce diambil alih oleh produk-produk dari luar negeri. Oleh karena itu, pihaknya merespon perkembangan e-commerce dengan pembinaan IKM melalui program e-Smart IKM. Melalui program ini, Kemenperin berupaya membekali IKM dengan kemampuan pemanfaatan teknologi digital, manajemen keuangan yang baik, serta produk yang memenuhi standar agar tidak tertinggal dari pesaing-pesaingnya.

Implementasi Industri 4.0 pada IKM

Gati mengatakan saat ini pelaku IKM harus memiliki keinginan dan tekad yang kuat untuk lebih maju dan berkembang dengan dukungan dari pemerintah melalui program pemanfaatan teknologi digital e-Smart IKM.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Deloitte Access Economics, pemanfaatan teknologi digital seperti media sosial, internet broadband, dan e-Commerce membuka peluang bagi para pelaku IKM untuk berkembang. Pemanfaatan teknologi digital memberikan keuntungan terhadap kenaikan pendapatan hingga 80%.

“Hal ini merupakan dampak semakin luasnya akses pemasaran para pelaku IKM, yang menjangkau calon pembeli baru melalui dunia maya tidak hanya dalam lingkup lokal, regional, atau nasional saja, namun juga menjangkau calon pembeli dalam lingkup global,” ujar Gati.

Keuntungan lainnya adalah peluang pelaku IKM untuk membuka kesempatan kerja baru meningkat menjadi satu setengah kali dengan penggunaan teknologi digital ini. Keuntungan selanjutnya adalah probabilitas pelaku IKM untuk menjadi inovatif akan meningkat sebanyak 17 kali dengan pemanfaatan teknologi-teknologi digital tersebut.

“Kenaikan probabilitas IKM menjadi lebih inovatif ini disebabkan karena potensi kenaikan pendapatan, penambahan sumber daya, dan akses informasi yang nyaris tak terbatas akan membuka peluang bagi para pelaku IKM untuk mendapatkan ide-ide dan akses teknologi baru untuk mengembangkan usahanya. Hal ini tentunya akan membuka peluang bagi para pelaku IKM untuk menjadi inovatif dalam proses produksi maupun proses bisnisnya,” jelas Gati.

Dalam hal ini, pemerintah memiliki berbagai program lain guna mendukung pemanfaatan teknologi bagi pelaku IKM yaitu diantaranya memodernisasi mesin peralatan melalui program restrukturisasi, peningkatan kompetensi SDM melalui bimbingan teknis, pendampingan, sampai dengan sertifikasi kompetensi. Untuk itu, IKM perlu membuka diri dan mau belajar. Melibatkan generasi muda/millenial dalam perusahaan sehingga ada semangat baru dan modernisasi.

Penerapan teknologi pada IKM sudah terjadi, sebagai contoh, pada proses produksi IKM khususnya IKM logam telah memanfaatkan penggunaan teknologi dalam melakukan proses produksi, salah satunya adalah dengan menggunakan mesin-mesin programmable computer numerical control (CNC) sehingga produk yang dihasilkan lebih presisi dan human error dapat diminimalisir.

Sentuhan teknologi pada sarana dan prasarana IKM, khususnya dalam proses produksi tentunya akan meningkatkan kapasitas produksi, efisien dalam penggunaan energi, mengendalikan kualitas produk sehingga konsistensi mutu produk terjamin serta meminimalisir defect dari suatu proses produksi.

Teknologi juga sudah diterapkan para IKM Logam, khususnya IKM pandai besi konvensional yang semula menempa logam dengan tenaga manusia, melalui sentuhan teknologi beralih menggunakan mesin penempa dengan tenaga motor atau hidrolik (air hammer). Dengan begitu maka kapasitas produksi akan meningkat dan konsistensi mutu produk juga akan terjaga.

Pada IKM pakaian jadi, penerapan teknologi terjadi pada proses produksinya yang menggunakan aplikasi mulai dari pembuatan pola hingga penjualan produk. Pembuatan pola dapat menggunakan aplikasi Optitex yang bertujuan untuk efisiensi proses produksi dan memaksimalkan bahan baku yang akan terpakai. Untuk sistem penjualan menggunakan aplikasi raptor point of sales system yang telah terkoneksi pada jaringan internet dan terpantau secara real time.

Pada IKM furnitur, dimana proses pengeringan kayu menggunakan high frequency vacuum kiln dry machine sehingga proses kerja menjadi lebih cepat, dimana awalnya jika dilakukan secara konvensional dapat memakan waktu sampai dengan 2 minggu, dapat dipersingkat menjadi 3 hari dengan tingkat kekeringan yang lebih merata dan menghilangkan risiko bahan baku kayu menjadi terbakar ataupun retak (crack).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×