kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Efek El Nino, produksi CPO 2016 diproyeksi turun


Kamis, 18 Agustus 2016 / 22:49 WIB
Efek El Nino, produksi CPO 2016 diproyeksi turun


Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan

KUCHING. Produksi sawit nasional tahun ini diproyeksi akan turun dibandingkan tahun lalu. Musim El Nino di sepanjang 2015, menjadi salah satu faktor pemicu menurunnya produksi sawit nasional tahun ini.

Joko Supriyono, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mengatakan, sampai semester I-2016, produksi crude palm oil (CPO) alias minyak kelapa sawit turun sekitar 15%-20% dibandingkan periode yang sama tahun 2015. 

Berdasarkan catatan Gapki, produksi CPO di sepanjang semester I-2016 hanya mencapai 12,35 juta ton. Penurunan produksi itu setali tiga uang dengan merosotnya ekspor CPO. 

"Pada periode Januari-Juli 2016, ekspor CPO turun sekitar 12% dari tahun lalu," kata Joko di sela Kongres gambut 15th International PEAT Congress 2016 di Kuching, Sarawak, Malaysia, Kamis (18/8). 

Namun, kata Joko, biasanya pada semeter II produksi CPO akan naik. Cuma, produksi tersebut belum bisa dipastikan menutupi defisit pada semester I. 

Joko memproyeksi produksi CPO tahun ini bisa di bawah 32 juta ton. Sebab, dampak El Nino pada tahun lalu biasanya berlangsung selama setahun. Namun, dia berharap, pada tahun depan produksi CPO bisa pulih kembali.

Karena itu, untuk menggenjot produksi dan ekspor CPO, Joko meminta pemerintah membuat kebijakan yang mendukung industri sawit. Pasalnya, selain faktor El Nino, adanya penghentian sementara (moratorium) izin lahan sawit, turut memengaruhi produksi sawit.

"Kalau bicara moratorium, berarti tidak ada penanaman baru. Ini efeknya dalam jangka panjang. Karena masa produksi sawit dari 0-5 tahun," imbuh Joko.

Jika produksi dan ekspor CPO merosot, lanjut dia, penerimaan devisa negara dari minyak sawit juga bakal melorot. Devisa dari ekspor kelapa sawit juga sudah bisa menyaingi minyak dan gas (migas), meskipun sebelumnya tidak pernah terjadi.

Menurut data Gapki, kelapa sawit menyumbang devisa sebanyak US$18,5 miliar, sedangkan ekspor migas berkontribusi US$18 miliar terhadap devisa pada tahun 2015.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×