kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Efek erupsi Merapi, bandara sekitarnya sistem buka tutup


Sabtu, 02 Juni 2018 / 13:28 WIB
Efek erupsi Merapi, bandara sekitarnya sistem buka tutup
ILUSTRASI.


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Letusan Gunung Merapi di perbatasan Yogyakarta dan Jawa Tengah yang terjadi pada Jumat (1/6) sekitar pukul 08.20 WIB, ternyata berdampak pada operasional bandara-bandara yang berada di dekatnya, yaitu Bandara Internasional Ahmad Yani Semarang dan Bandara Internasional Adi Soemarmo Solo.

Dari rekap laporan penerbangan (AIREP) di wilayah tersebut dan Citra Satelit Cuaca Himawari pada Jumat pukul 15.00 WIB, teridentifikasi sebaran abu vulkanik bergerak ke arah utara dengan kecepatan angin 10 knots, ke timur dengan kecepatan angin 5 knots, ke selatan dengan kecepatan angin 15 knots, danĀ  ke barat daya. Perkiraan ketinggian abu vulkanik mencapai FL380.

Sedangkan dari observasi di darat (ground observation) pukul 15.10 WIB, dilaporkan ada sebaran abu vulkanik di dua bandara tersebut. AirNav yang melakukan paper test airside juga menyatakan kedua bandara positif mengandung debu vulkanik dan berpotensi mempengaruhi keselamatan operasional penerbangan.

Akibat hal itu, dilakukan buka tutup di dua bandara tersebut untuk keselamatan penerbangan.

Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Agus Santoso mengapresiasi langkah yang diambil oleh pengelola bandara dan AirNav tersebut. Menurutnya, keselamatan penerbangan tidak boleh ditawar-tawar. Kalau ada hal-hal yang meragukan, operasional penerbangan harus ditunda atau dihentikan.

"Sebenarnya ada tiga bandara di sekitar Gunung Merapi, yaitu dua bandara tersebut dan Bandara Adi Sutjipto Yogyakarta. Untuk saat ini yang terdampak bandara di Solo dan Semarang karena arah anginnya ke sana. Namun, karena status Gunung Merapi masih waspada dan ada kemungkinan erupsi lagi, bukan tidak mungkin nantinya bandara di Yogja akan terdampak juga," kata Agus, Sabtu (2/6).

Untuk itu, dia menghimbau semua personel dari stakeholder penerbangan di daerah tersebut harus terus waspada memantau keadaan terkini dan bekerja sama melakukan hal yang tepat dan terbaik.

Agus juga meminta penumpang yang terdampak, baik di dua bandara tersebut maupun bandara lain yang terhubung untuk memakluminya. Dari laporan PT Angkasa Pura I sebagai pengelola kedua bandara, ada puluhan penerbangan yang terdampak, yaitu 15 penerbangan domestik dan luar negeri dari dan ke Semarang, serta 12 penerbangan domestik dari dan ke Solo.

"Saya mengharapkan penumpang untuk memaklumi adanya buka tutup bandara ini, walaupun mungkin terasa merugikan. Namun ini demi keselamatan penerbangan dan juga keselamatan para penumpang juga," lanjutnya.

Menurut Agus, ada beberapa hal yang dilakukan pengelola bandara dan AirNav baik sebelum-selama dan setelah letusan. Di antaranya, sebelum letusan, pengelola bandara dan AirNav akan selalu memantau perkembangan gunung berapi dari laporan PVMBG.

Kemudian, saat letusan, pengelola bandara dan AirNav akan memantau lewat satelit dan melakukan paper test di darat. Sedangkan setelah letusan, pengelola bandara dan AirNav akan mengecek peralatan yang terdampak serta membersihkan bandara dari debu vulkanik.

"Oleh karena itulah dilakukan buka tutup bandara, selama proses-proses tersebut berlangsung. Untuk itu kami minta penumpang maklum dan bersabar serta bekerja sama dengan kami untuk keselamatan, keamanan dan kenyamanan penerbangan kita semua," ujar Agus.

Menurut Peraturan Menteri Perhubungan (PM) Nomor 89 Tahun 2015 Tentang Penanganan Keterlambatan Penerbangan Pada Badan Usaha Angkutan Udara Niaga Berjadwal di Indonesia, keterlambatan, penundaan atau penghentian penerbangan karena faktor alam tidak mendapatkan kompensasi.

Agar tidak terjadi kesalahpahaman informasi, Agus meminta pengelola bandara dan maskapai penerbangan untuk memberikan informasi yang baik dan benar pada penumpang. Maskapai dan pengelola bandara juga harus menghadirkan petugas yang berkompeten di bandara untuk berkoordinasi dan berkomunikasi dengan penumpang sehingga tidak terjadi hal-hal yang negatif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×