kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ekspor bijih nikel & bauksit tetap disetop


Kamis, 13 Oktober 2016 / 06:00 WIB
Ekspor bijih nikel & bauksit tetap disetop


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Kementerian Enegi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) batal membuka keran ekspor bijih nikel dan juga bauksit pada Januari tahun depan. Alasannya, nilai tambah dari industri turunan tersebut sudah mulai terlihat.

Plt Menteri ESDM Luhut Binsar Pandjaitan bahkan mengatakan dalam revisi Peraturan Pemerintah (PP) No. 1 tahun 2014 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Mineral dan Batubara tidak akan memasukan semua jenis mineral mentah untuk diekspor.

Sebelumnya, pemerintah berencana membuka ekspor mineral mentah bagi mineral yang tidak bisa diolah di Indonesia, jumlahnya 10 komoditas. "Misalnya nikel, kami lihat sekarang turunan sudah sampai stainless steel. Jadi tidak perlu ekspor lagi. Ada yang bilang kadar 1,7%, ternyata sudah ada smelter-nya," kata Luhut pada Rabu (11/10).

Apalagi sudah ada yang berinvestasi US$ 5 miliar untuk membangun pabrik stainless steel dan turunan lain yang bisa diekspor, misalnya alat elektronik. "Ini kemajuan yang sebelumnya tidak terbayangkan," kata dia.

China mengimpor mineral mentah dari Indonesia dan menikmati hasil dengan membangun banyak industri stainless stell. Padahal, Indonesia dan Filipina mengontrol hampir 60% nikel dunia.

"Sekarang ada smelter besar dan kecil, hampir pasti kita tidak memberikan relaksasi nikel dan bauksit." ungkap dia. Luhut menegaskan, batalnya membuka keran ekspor nikel dan bauksit bukan karena tekanan pengusaha smelter. "Kita bicara angka. Enggak ada yang bisa menekan saya," tegasnya.

Pemerintah tengah menghitung kembali mineral mentah yang bisa memberikan pemasukan tinggi. "Bea keluar akan progresif. Jangan main-main. . Kalau tahun ini belum juga membangun smelter, tahun depan bea keluar ditingkatkan lagi," kata dia.

Adanya relaksasi itu, yang lebih terpenting adalah kewajiban perusahaan tambang membangun smelter. Harapannya dengan relaksasi perusahaan mineral bisa menyelesaikan smelter dalam tiga hingga lima tahun ke depan.

Sekretaris Perusahaan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Trenggono Sutiyoso menjelaskan, Antam terus mendukung kebijakan pemerintah. Perseroan membangun pabrik pengolahan terintegrasi dengan tambang, baik komoditas emas, nikel dan bauksit.

Di sisi lain, Antam terus menerus melakukan kegiatan eksplorasi untuk mendapat cadangan mineral. Sebagai gambaran, penemuan cadangan emas, dari tahun 1993, Antam baru membuka tambang emas Pongkor.

Setelah itu dengan biaya eksplorasi cukup besar, belum ditemukan cadangan baru seperti Pongkor. "Bila dikaitkan dengan bijih nikel, terdapat potensi bijih tertambang kadar rendah yang tidak dapat termanfaatkan atau diolah dalam negeri," kata Trenggono, Rabu (12/10)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×