kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ekspor buah Indonesia masih terkendala ulat buah


Jumat, 25 November 2011 / 13:36 WIB
Ekspor buah Indonesia masih terkendala ulat buah
ILUSTRASI. Jeff Bezos selalu menyisihkan waktu untuk melakukan hal sederhana ini.


Reporter: Dani Prasetya |

JAKARTA. Ekspor buah Indonesia masih terkendala hama yaitu ulat buah. Beberapa buah asal Indonesia disebut masih belum berstandar kualitas bebas ulat buah agar layak ekspor.

"Ekspor buah tersebut harus comply standar negara tujuan. Buah kita masih belum lepas ulat buah," ungkap Direktur Pengembangan Produk Ekspor dan Ekonomi Kreatif Ditjen Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan Dody Edward, Jumat (25/11).

Padahal, beberapa buah asal Indonesia, misalnya mangga, memiliki potensi merambah pasar ekspor baru ke Korea Selatan. Bahkan, peritel modern terbesar di negara itu sempat mengutarakan keinginannya ekspor mangga secara besar-besaran.

Indonesia selama ini memang telah mengekspor buah-buahan ke berbagai negara. Pada periode Januari-Agustus 2011 tercatat ekspor buah-buahan sebesar US$ 257,12 juta. Angka itu naik 60,27% dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar US$ 160,42 juta.

Masih tergantung impor

Namun, Indonesia pun masih mengandalkan buah-buahan impor untuk mengisi pasar dalam negeri. Porsi impor buah-buahan segar dan kering pada periode Januari-Juli 2011 tercatat sebesar US$ 418,2 juta. Angka itu meningkat 40,8% dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar US$ 297 juta.

Untuk memasuki pasar luar negeri, kementerian itu mengakui, beberapa syarat kualitas diterapkan oleh negara tujuan ekspor untuk memproteksi pasar domestik. Sehingga, pemberian bea masuk 0% terhadap produk asal Indonesia pun belum tentu dapat meloloskan ekspor buah-buahan lokal yang tidak sesuai standar pasar ekspor.

Indonesia sebenarnya memiliki peluang untuk mengekspor buah-buahan segar ke negara anggota ASEAN. Terutama dengan adanya penerapan bea masuk 0%. Sayangnya, ekonomi biaya tinggi sebagai imbas panjangnya rantai distribusi seringkali menurunkan daya saing buah-buahan lokal di pasar ekspor.

Meski sudah dibantu unsur bea masuk untuk menjaga daya saing di pasar ekspor, buah-buahan lokal sering tidak lolos ekspor karena kualitas yang sudah jelek selama pendistribusian. Distribusi itu berimbas pada ekonomi biaya tinggi dan masalah kualitas produk.

Oleh karena itu, pihaknya tengah mengupayakan prosedur distribusi langsung seperti yang diterapkan di Thailand. Negara itu menerapkan sistem pengumpulan buah-buahan pada sebuah pasar induk. Pasar induk itu telah memiliki jalur untuk distribusi lokal dan ekspor.

Jalur ekspor akan dilanjutkan dengan distribusi langsung ke negara tujuan ekspor. Efeknya, buah-buahan asal Thailand terhindar dari ekonomi biaya tinggi dan menurunnya kualitas produk selama distribusi.

Tahap awal bisa dimulai melalui distribusi langsung dari kota tertentu menuju Singapura. Cara itu dapat memudahkan rencana ekspansi buah-buahan lokal di pasar ekspor.

Namun, Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Deddy Saleh sempat menuturkan, secara kualitas justru buah-buahan asal Indonesia telah memenuhi syarat ekspor. Sayangnya, kapasitas produksi petani buah domestik tidak mencapai kuantitas yang dibutuhkan pasar ekspor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×