Reporter: Asnil Bambani Amri, Umbara Purwacaraka |
JAKARTA. Tingginya bea keluar minyak kelapa sawit mentah alias crude palm oil (CPO) di bulan Oktober 2010 sebesar 7,5% tidak menyurutkan ekspor CPO Indonesia. Terbukti, realisasi volume ekspor CPO Indonesia sepanjang Oktober mencapai 1,450 juta ton. Jumlah ini naik 12,9% dibandingkan ekspor September yang sebanyak 1,284 ton.
Fadhil Hasan, Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), mengatakan, ekspor naik karena meningkatnya permintaan dari sejumlah negara, seperti Bangladesh, China, India, Amerika Serikat dan Pakistan.
Khusus di India, permintaan CPO meningkat karena ada perayaan keagamaan. “Ada festival Deepavali dan Dussehra yang menjadi salah satu pendorong naiknya kebutuhan CPO di India,” kata Fadhil Hasan, Rabu (24/11).
Menurut Fadhil, selama ini pada hari keagamaan, konsumsi minyak makan di India selalu mengalami kenaikan. Di bulan Oktober, ekspor CPO dan produk turunan ke India tercatat 596.586 ton. Ini adalah volume ekspor tertinggi dibanding negara lain.
Perinciannya, ekspor CPO sebesar 487.993 ton, RBD olein 85.078 ton, RBD palm oil 8.950 ton, crude olein 7.765 ton; palm fatty acid distillate (PFAD) 3.999 ton, serta RBD stearin sebanyak 2.800 ton.
Setelah India, tujuan ekspor CPO terbesar kedua adalah Eropa, yakni sebanyak 279.842 ton. Di pasar Eropa, permintaan CPO mencapai 185.591 ton, RBD palm oil 30.200 ton, RBD olein 18.999 ton, RBD stearin 24.001 ton, PFAD 13.050 ton, dan crude olein sebesar 8.000 ton.
Sementara ekspor CPO dan produk turunannya ke China sebanyak 215.931 ton. Ekspor tersebut dalam bentuk RBD Olein sebanyak 95.099 ton, RBD stearin 89.100 ton, CPO 25.924 ton dan PFAD sebesar 5.807 ton.
Di Oktober 2010 lalu, Indonesia juga berhasil menggenjot ekspor CPO ke Bangladesh menjadi 102.295 ton. Ekspor ke Bangladesh itu mengalami kenaikan hampir tiga kali lipat dibanding bulan sebelumnya yang sebanyak 36.043 ton.
Adapun ekspor CPO ke Pakistan hanya 27.750 ton, dan Amerika Serikat sebesar 17.000 ton.
Dipengaruhi harga
Sebenarnya, laju pertumbuhan ekspor CPO sudah terlihat sejak awal tahun ini. Tapi, ekspor CPO baru benar-benar menunjukkan lonjakan signifikan di semester II-2010. Tren pertumbuhan ekspor CPO diprediksi terus berlanjut hingga akhir tahun ini.
Michael Kesuma, Investor Relation PT Sampoerna Agro Tbk, mengatakan, selain karena meningkatnya permintaan CPO, harga jual yang sedang tinggi di pasar internasional turut mendongkrak ekspor CPO. Alhasil, kendati pungutan bea keluar tinggi, pengusaha CPO tetap terpacu mengekspor minyak sawit.
Mereka tak mau melewatkan begitu saja harga jual CPO yang sedang tinggi di pasar internasional. "Pajak boleh naik, tapi jika harga CPO juga melambung dan permintaan juga tinggi, jadi tetap saja masih menguntungkan. Makanya, peluang ekspor masih cukup cerah," jelas Michael.
Catatan saja, kemarin, harga CPO di Rotterdam berada di kisaran US$ 1.100 per ton. Kemungkinan besar, bulan ini pengusaha akan memacu ekspor CPO demi memanfaatkan tingginya harga CPO tersebut. "Meski begitu, kami sendiri lebih banyak memasok CPO untuk pasar dalam negeri," kata Michael. Sayangnya, dia enggan memprediksi kenaikan ekspor perusahaannya bulan ini.
Sekadar catatan, penjualan CPO Sampoerna Agro hingga September 2010 tercatat Rp 1,16 triliun, atau 89% dari total pendapatan Sampoerna Agro. Sekitar 94% pendapatan CPO itu bersumber dari penjualan dalam negeri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News