Reporter: Adisti Dini Indreswari | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Perum Perhutani turut merasakan dampak perlambatan ekonomi dunia. Selama paruh pertama tahun ini, ekspor produk kayu maupun non -kayu perusahaan pelat merah itu menurun hingga 5%. Penyebabnya adalah permintaan dari negara-negara yang menjadi tujuan ekspor berkurang.
Direktur Utama Perhutani Mustoha Iskandar mengakui, ekspor menyusut karena perusahaannya masih menggantungkan pasar ekspor ke Eropa dan Cina. Tidak mau kinerja ekspornya terus terpuruk, Perhutani akan mencari pasar baru. "Kami akan beralih ke Timur Tengah," ujar Mustoha di Jakarta, Senin (13/7).
Selain itu, Perhutani juga akan menggenjot penjualan domestik, khususnya untuk gondorukem dan terpentin, produk olahan getah pinus yang biasa dipakai untuk bahan baku industri kimia. Menurut Mustoha, potensi kedua produk tersebut sebenarnya amat besar, hanya saja Indonesia masih lebih banyak mengimpor.
Asal tahu saja, selama ini ekspor mendominasi 80% pendapatan Perhutani. Sedangkan 20% sisanya berasal dari dalam negeri. Sementara komposisi produk Perhutani saat ini adalah 58% non kayu dan 42% kayu.
Sejalan dengan perlambatan ekspor, pandapatan dan laba bersih Perhutani sampai dengan semester I-2015 pun masing-masing menurun 5%. Sayang, Mustoha enggan memberi tahu angkanya.
Sebagai catatan, Perhutani membidik pertumbuhan pendapatan 15% tahun ini, dari pencapaian Rp 4,6 triliun tahun lalu. Kalau targetnya tidak meleset, Perhutani bisa meraup pendapatan Rp 5,29 triliun di akhir tahun.
Namun Perhutani berencana merevisi rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP). Mustoha bilang, revisi RKAP bukan karena perusahaan tidak yakin bakal mencapai targetnya, namun karena perusahaan ikut serta dalam program kedaulatan pangan Presiden Joko Widodo melalui penanaman padi dan jagung.
Tahun ini, perusahaan sudah memulai penanaman di atas lahan seluas 100.000 hektare (ha). Perusahaan berencana menambah lahan seluas 167.000 ha lagi tahun depan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News