kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.325.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ekspor tuna DSFI terus menurun


Kamis, 05 April 2012 / 09:35 WIB
Ekspor tuna DSFI terus menurun
ILUSTRASI. Kendaraan bermotor melintas di Jalan Jenderal Sudirman saat hujan turun di Jakarta, Jumat (16/10/2020). Cuaca hari ini di Jabodetabek cerah berawan hingga hujan petir, menurut ramalan BMKG.


Reporter: Handoyo | Editor: Edy Can

JAKARTA. Cuaca buruk membuat ekspor produk ikan tuna PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk (DSFI) menurun. Penurunan kinerja ekspor ini diperkirakan bakal terus terjadi sampai akhir semester pertama 2012.

Penurunan ekspor DSFI dikemukakan oleh Herman Sutjiamidjaja, Direktur DSFI kepada KONTAN, Rabu (4/4). Dia mengatakan, dari sekitar 1.000 ton total volume ekspor produk perikanan yang dilakukan perusahaannya pada kuartal I 2012, hanya 20% berupa ikan tuna. "Hanya sekitar 200 ton. Ekspor tuna kuartal I tahun ini parah," katanya.

DSFI adalah salah satu satu perusahaan pengolah hasil perikanan terpadu. Selain mengambil, perusahaan ini juga mengelola, menjual serta menjalankan usaha di bidang perdagangan hasil perikanan.

Kinerja ekspor tuna DSFI turun, sebab jika dibandingkan kuartal yang sama tahun sebelumnya, perusahaan ini mampu merealisasikan ekspor tuna sebanyak 250 ton.

Harga melonjak

Kinerja ekspor tuna yang rendah diperkirakan terus terjadi pada kuartal II 2012. Masih terus berlangsungnya angin barat di beberapa perairan Indonesia menjadi penyebab. "Bila kondisinya masih seperti ini, ekspor tuna hanya pada kisaran 10% saja," kata Herman. Kuartal II tahun ini DSFI menargetkan total ekspor tuna minimal 200 ton.

Walau ekspor tuna menurun di semester pertama, Herman masih yakin target peningkatan total ekspor ikan DSFI sebesar 20% pada tahun ini bakal tercapai. Perusahaan ini berharap pasokan ikan jenis lain mengalami peningkatan. Pada 2011 lalu, total ekspor produk perikanan DSFI mencapai 3.200 ton dengan nilai US$ 19 juta. Dengan target peningkatan ekspor 20%, maka tahun ini diperkirakan nilai ekspor DSFI menjadi US$ 22,8 juta.

Target peningkatan nilai ekspor cukup beralasan, sebab kelangkaan ikan tuna telah membuat harga produk tuna melonjak. Herman membandingkan, jika pada kuartal terakhir tahun lalu harga beli ikan tuna sekitar Rp 35.000 sampai Rp 38.000 per kg, kini naik menjadi rata-rata Rp 60.000 per kg.

Kenaikan harga beli tuna diimbangi dengan naiknya harga produk tuna DSFI. menurut Herman saat ini harga jual rata-rata produk ikan tuna mencapai US$ 24 per kg, naik 30% dibandingkan harga kuartal IV 2011 sebesar US$ 18,5 per kg. Pasar ekspor utama produk perikanan DSFI adalah Eropa, Amerika Serikat (AS), Rusia, Jepang.

Herman mengatakan, sampai saat ini pasar Eropa masih menduduki peringkat pertama ekspor ikan DSFI sebanyak 30%. Setelah Eropa, disusul AS sebesar 20% dan Rusia sebanyak 10%-15%. "Negara-negara pecahan Uni Soviet seperti Ukraina juga cukup baik," katanya.

Selain permasalah cuaca, kelangkaan pasokan ikan tuna juga disebabkan persoalan lain. Eddy Yuwono, Ketua Asosiasi Tuna Indonesia (Astuin) mengatakan, aturan pengambilan langsung subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) juga ikut mendorong berkurangnya hasil tangkapan ikan tuna. "Selama pemerintah tidak mengkaji ulang kebijakan tersebut, jumlah nelayan penangkap tuna akan terus menyusut," katanya.

Untuk itulah Eddy berharap pemerintah memperbolehkan pengambilan subsidi BBM selama tiga bulan sekaligus. Aturan pengambilan subsidi BBM sekali sebulan dianggap memberatkan karena tidak efisien, apalagi nelayan tuna membutuhkan waktu lama untuk berlayar.

Penurunan ekspor ikan tuna diakui Dwi Agus Siswa Putra, Sekretaris Jenderal Asosiasi Tuna Longline Indonesia. Dwi bilang, realisasi ekspor ikan tuna 2011 hanya 8.465,74 ton, turun 28,3% dibandingkan 2010 yang mencapai 10.861,54 ton. "Cuaca tahun lalu tidak kondusif," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×