kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.830   0,00   0,00%
  • IDX 6.442   73,17   1,15%
  • KOMPAS100 923   0,44   0,05%
  • LQ45 723   -0,82   -0,11%
  • ISSI 202   3,78   1,91%
  • IDX30 377   -0,84   -0,22%
  • IDXHIDIV20 459   0,93   0,20%
  • IDX80 105   -0,21   -0,20%
  • IDXV30 112   0,60   0,54%
  • IDXQ30 124   -0,13   -0,11%

Eksportir Kopi Tersudut Tarif Trump, Diversifikasi Jadi Harapan


Selasa, 15 April 2025 / 18:47 WIB
Eksportir Kopi Tersudut Tarif Trump, Diversifikasi Jadi Harapan
ILUSTRASI. Kopi dari Indonesia yang dipasarkan ke AS akan terancam kalah saing dengan negara eksportir lain jika kebijakan tarif Trump benar diberlakukan. ANTARA FOTO/Novrian Arbi/aww.


Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Indonesia merupakan salah satu mitra dagang Amerika Serikat (AS) yang masuk daftar negara yang terkena tarif impor resiprokal Trump. Namun, implementasi tarif impor tinggi sebesar 32% tersebut masih ditunda hingga 90 hari ke depan.

Ketua Departemen Specialty & Industri BPP Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI), Moelyono Soesilo, mengatakan kopi dari Indonesia yang dipasarkan ke AS akan terancam kalah saing dengan negara eksportir lain jika kebijakan tarif Trump benar diberlakukan.

“Pasti (kopi Indonesia) akan mati, kita akan kalah dengan Brazil kan. Brazil itu 10%, kita 32%. Selisihnya itu bukan angka yang kecil, lho. Ini kan (tarif) diturunkan 10% untuk sementara, kita kan belum tahu 90 hari setelah penundaan,” beber Moelyono kepada Kontan, Selasa (15/4).

Baca Juga: Pemerintah Siapkan Strategi Hadapi Serbuan Produk Impor China Imbas Tarif Trump

Moelyono mengatakan jika ekspor kopi ke Amerika itu totalnya 8% dari produksi nasional. Dengan angka itu, ia menjelaskan bahwa pihaknya saat ini tengah mencoba mencari pasar negara tujuan baru selain AS.

“Untuk diversifikasi pasar, kami coba ke Timur Tengah hingga Asia Tengah, dan sebagian Afrika,” terangnya.

Ia kemudian menjelaskan mengenai hambatan-hambatan yang dirasakan eksportir kopi saat mencoba mencari negara tujuan baru. Untuk ke Asia Tengah, misalnya, Moelyono menjelaskan jika ada persyaratan seperti International Organization for Standardization (ISO) dan GAPP - Health Certificate.

“Kemudian kalau ke Asia Tengah itu ada ISO sama GAPP Ini akan menyusahkan pengusaha atau eksportir, yang membiayai kan tidak mudah itu permasalahannya di sana semua. Sedangkan tahu sendiri ISO kan butuh waktu dan biaya tinggi.” tambahnya.

Baca Juga: Penundaan Tarif Trump Redakan Gejolak Pasar, Tapi Risiko Perlambatan Ekonomi Naik

Ada pun ketika ia mencoba ekspor ke Maroko, produk kopi dari Indonesia terbebani biaya tambahan sebesar 30-40 US$ per ton. “Kalau Maroko saya ikuti, per ton mendapatkan tambahan biaya US$30-US$40 per ton. Jadi tambahan untuk satu kontainer itu sekitar US$600-US$800, kan nggak efisien,” jelasnya.

Ada pun saat ini, Moelyono mengatakan jika para pelaku ekspor kopi sedang mencoba bertahan dan melakukan pendekatan wait and see. Jika ada kontrak dengan buyer, maka pihaknya akan segera mengirimkan produknya sebelum kondisi perekonomiannya berubah.

Terakhir, ia menjelaskan jika saat ini ada asosiasi pengusaha kopi AS yang sedang melobi pemerintah AS untuk mengeluarkan komoditas kopi dari kebijakan tarif Trump.

“Kami memang ada lobi dari asosiasi kopi di Amerika untuk meminta agar kopi dikeluarkan dari kebijakan tersebut. Karena kalau kopi tetap dijalankan yang akan mengalami pengaruh terbesar nanti pengusaha kopi pabrikan di Amerika itu,” ujarnya.

Selanjutnya: WOM Finance Berencana Terbitkan Obligasi di Tahun Ini

Menarik Dibaca: Prakiraan Cuaca Besok (16/4) di Jawa Tengah, Antisipasi Hujan di Daerah Ini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×