kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Elon Musk Malas Bangun Pabrik Kendaraan Listrik di Indonesia, Ini Alasannya


Rabu, 05 Oktober 2022 / 04:00 WIB
Elon Musk Malas Bangun Pabrik Kendaraan Listrik di Indonesia, Ini Alasannya
ILUSTRASI.


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa waktu lalu, santer terdengar CEO Tesla Elon Musk berencana untuk menanamkan investasinya di Indonesia. Namun, hingga kini, hal tersebut belum terealisasi. Apa alasannya?

Menurut Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, alasan Elon Musk malas untuk membangun pabrik kendaraan listrik di Indonesia adalah karena sektor hulu yang masih bergantung pada batu bara. 

“Itulah mengapa Tesla malas bikin pabrik di Indonesia, karena dia bingung, kenapa dia harus mempertanggungjawabkan pembiayaan yang basisnya adalah standar ESG,” ungkap Bhima di Jakarta, Selasa (4/10/2022). 

Bhima menilai, Tesla akan sulit dalam mendapatkan pembiayaan untuk operasional jika supply chain masih bermasalah. Bhima menjelaskan, bauran data Kementerian ESDM menyebut, sebelum pandemi hingga saat ini tidak ada perubahan yang signifikan. 

Dia menjelaskan, 60,5% bauran energi primer pembangkit listrik masih berasal dari batu bara, dan 80% lebih masih dari fosil. Atau secara garis besar, bauran energi primer dari EBT masih 12,3%. 

Baca Juga: Presiden Jokowi Ingin Tesla Buat Mobil Listrik di Tanah Air

“Tesla akan sulit mendapatkan pembiayaan untuk operasional ketika supply chain masih bermasalah, terutama soal lingkungan. Itu membuat banyak perusahaan di ekosistem mobil listrik dan baterai ragu berinvestasi di Indonesia,” lanjut dia. 

Bhima mengungkapkan, bauran energi yang bergantung dari batu bara menyebabkan keuangan PLN sempat mengalami masalah. Hal ini karena PLN harus menanggung oversupply dari pembangkit listrik yang dominasinya adalah batu bara. 

Ketika harga batu bara mengalami kenaikan, menyebabkan risiko terjadinya black out listrik, karena eksportir batu bara lebih memilih menjual batu bara ke pasar ekspor dibandingkan mensupply kepada PLN. 

Baca Juga: Begini Perkembangan Rencana Investasi Tesla di Indonesia

“Jadi, itu faktanya kita enggak bisa move on dari batu bara. Tidak ada strategi untuk menurunkan oversupply listrik. Disuruh beli mobil listrik, kompor listrik padahal di hulunya tidak ada perbaikan yang signifikan,” lanjut dia. 

Di sisi lain, fluktuasi harga batu bara dinilai bisa menyebabkan pencemaran lingkungan, di mana industri masa depan seperti baterai dan kendaraan listrik bersih, ternyata energi primernya masih bersumber dari PLTU batu bara. 

“Jadi seolah hilirnya mau dibersihkan, Transjakarta pakai bus listrik, pertanyaannya adalah listriknya bersumber dari mana? Dari batu bara juga, dari BBM juga, dan dari diesel, maka enggak komprehensif,” lanjut dia. 

Dengan ekosistem tersebut, Bhima khawatir akan terjadi masalah di belakang hari, utamanya pada daerah-daerah tempat pembuatan kendaraan listrik. Seperti misalkan di Sulawesi, di mana asal bahan baku kendaraan listrik diproduksi. 

“Jadi nanti ke depannya, udara yang akan bersih itu di Jakarta, karena transportasi listriknya banyak menggunakan listrik. Tapi, saudara-saudara kita yang di Sulawesi tempat asal bahan baku kendaraan listrik, dampak ke penyakit ispa, bahkan bisa mengakibatkan korban kematian karena efek polusi yang diciptakan,” tegas dia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ini Penyebab Elon Musk Malas Bikin Pabrik Kendaraan Listrik di Indonesia"
Penulis : Kiki Safitri
Editor : Akhdi Martin Pratama

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×