Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten tambang emas akan memanfaatkan momentum harga emas yang terus menguat untuk mendongkrak kinerjanya pada tahun ini. Pergerakan positif harga emas ini akan memberikan dampak positif terhadap kinerja emiten tambang emas.
Seperti diketahui, harga emas spot menyentuh rekor tertinggi ke level US$ 2.188 per ons troi pada Senin (11/3) seperti dikutip dari Bloomberg.
Kenaikan tersebut memicu spekulasi bahwa harga emas pada pekan ini bisa mencapai hingga ke level di atas US$ 2.200 per ons troi. Bahkan, Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong memprediksi bahwa harga emas akan mengalami tren kenaikan dalam jangka panjang.
Salah satu emiten tambang emas, PT Merdeka Copper Gold (MDKA) berharap mendapat berkah dari kenaikan harga emas.
Head of Corporate Communication PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) Tom Malik mengatakan, sebagai perusahaan tambang, MDKA adalah price taker karena harga komoditi emas tergantung supply-demand global, namun kinerja ekonomi Amerika Serikat yang lebih baik dari perkiraan serta sikap agresif Federal Reserve AS terhadap kebijakan moneternya memberikan angin positif terhadap meningkatnya harga emas global.
"Kenaikan harga emas tentunya berdampak positif terhadap kinerja kami," kata Tom kepada KONTAN, Selasa (12/3).
Baca Juga: Harga Emas Sentuh Rekor Tertinggi Baru, Intip Prediksi Selanjutnya
Tom menuturkan, MDKA membidik produksi emas dari Tambang Emas Tujuh Bukit (PT PBSI) di Banyuwangi untuk 2024 di rentang 100.000-120.000 ounces di tahun ini. Selain itu, MDKA turut membidik produksi 14 ribu hingga 16 ribu ton tembaga, kemudian 85 ribu sampai 92 ribu ton Nickel Pig Iron (NPI) dan 50 ribu sampai 55 ribu ton nickel matte.
Sebagai pembanding, sepanjang tahun 2023 MDKA mencatatkan produksi sebesar 138,66 ribu ounces emas, 12,7 ribu ton tembaga dan 95,45 ribu ton nikel yang terdiri dari 65,11 ribu ton NPI dan 30,33 ribu ton nickel matte.
Tercatat, MDKA telah menginvestasikan lebih dari US$ 114 juta sejak 2022 dan akan menginvestasikan sekitar US$ 200 juta untuk tingkat produksi fase 1. Sementara itu, pengembangan Proyek Tembaga Tujuh Bukit juga disebut berjalan lancar. Nilai investasi yang telah dikucurkan MDKA untuk proyek ini sejak 2018 mencapai lebih dari US$ 185 juta.
Sementara itu, Sekretaris Perusahaan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) atau Antam Syarif Faisal Alkadrie mengungkapkan, emas menjadi komoditas kontributor terbesar penjualan ANTAM, seperti yang tercermin pada capaian kinerja periode Januari – September 2023 di mana emas menyumbang 62% terhadap total penjualan perusahaan.
"Dengan adanya tren kenaikan harga emas saat ini kami meyakini pada tahun ini emas akan menjadi komoditas yang memberikan kontribusi signifikan pada kinerja kami secara keseluruhan," kata Syarif.
Hal ini, kata Syarif, juga didukung dengan konsistensi ANTM dalam peningkatan nilai tambah produk emas logam mulia melalui berbagai inovasi dan penguatan pasar terutama di dalam negeri yang menjadi pasar utama produk emas logam mulia ANTAM.
Pada tahun ini, ANTAM menargetkan optimalisasi kinerja untuk penjualan emas diharapkan akan mencapai 37,35 ton, naik 43% dari capaian penjualan unaudited emas tahun 2023 sebesar 26,13 ton.
Emiten tambang emas PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB) optimis dapat mencapai target produksi dan meraih kinerja operasional positif pada 2024. Direktur Utama PSAB, Edi Permadi menuturkan, kenaikan produksi yang terlihat konsisten semenjak semester II 2023 dan disertai dengan harga emas yang cenderung stabil tinggi pada awal 2024 diharapkan berdampak positif pada kinerja keuangan perusahaan tahun ini.
"Kami optimis dapat mencapai target produksi di tahun ini," kata Edi, Selasa (5/3).
Tidak hanya dari sisi produsen saja, emiten yang bergerak di bisnis hilir emas juga turut memanfaatkan kenaikan harga emas, salah satunya emiten penjual perhiasan, yakni PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA).
Baca Juga: Harga Emas Sentuh Rekor Tertinggi US$ 2.188 per Ons Troi, Cermati Sentimen Pemicunya
Director of Investor Relations HRTA Thendra Chrisnanda mengatakan, HRTA memiliki prospek yang sangat baik didorong tidak hanya peningkatan harga emas dunia tertinggi yang mendekati US$ 2.200 per-oz tetapi juga volume penjualan terutama dari segmen emas batangan.
Ia menerangkan, HRTA berfokus pada ekspansi organik dengan terus mengembangkan produk yang inovatif dan pengembangan pasar di pasar domestik dan ekspor.
"Kami menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 30% YoY di 2024, dan kenaikan laba bersih 15% dibandingkan tahun sebelumnya," ujar Thendra kepada KONTAN, Selasa (12/3).
Ia menuturkan, beberapa strategi utama yang dimiliki HRTA adalah diversifikasi produk di HRTA memiliki kadar perhiasan emas yang kadar 6k hingga 24 k dan gramasi emas batangan dari 0,1 gram - 1 kg. Kedua, inovasi produk yang berkelanjutan di mana menawarkan produk yang relevan dengan kondisi pasar.
“Kami optimis bahwa HRTA berpotensi untuk melanjutkan all time high performance di tahun 2024 dengan pertumbuhan solid double digit growth,” ungkap Thendra.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News