kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Empat Perusahaan Patungan Produksi Bis Nasional


Jumat, 14 Agustus 2009 / 16:35 WIB


Reporter: Nurmayanti | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Produsen lokal terus gencar mengembangkan mobil nasional. Tak hanya mengusung kendaraan pribadi, angkutan komersial pun mulai mereka lirik. Dengan mengusung merek lokal Mobindo atau Mobil Indonesia, mobil jenis bis segera meluncur ke pasaran. Mobil ini merupakan usaha patungan empat perusahaan karoseri dan Asosiasi Karoseri Indonesia (Askrindo) dengan nilai investasi US$ 10 juta.

Keempat perusahaan karoseri itu adalah PT Mekar Armada Jaya (New Armada), Adi Putro, Dong Feng (China), dan perusahaan pemasok karoseri bagi Honda, Ming. Mobindo merupakan bus berukuran 9 meter dengan kapasitas 33 tempat duduk. Pada tahap awal, bis Mobindo ini akan diproduksi sekitar 500 unit hingga 1.000 unit per tahun.

”Kami akan mulai dengan perakitan chasis dulu dengan nilai investasi US$ 10 juta secara bertahap,” kata Direktur Utama PT Mekar Armada Jaya (New Armada) David Herman, Jumat (14/8).

Rencananya, produksi awal akan berlangsung di Magelang, Jawa Tengah pada November 2009. Namun, pemasaran mobil baru akan berlangsung pada 2010. Target sasaran pemasaran, mengarah ke angkutan umum di perkotaan maupun pedesaan, misal Metromini. Hingga kini, produsen tengah mengurus perizinan dan lisensi Mobindo ini.

David menjelaskan, usaha patungan terbentuk dari keinginan keempat perusahaan memproduksi bis lokal dengan merek lokal. Sebab, selama ini, sebagian besar produk chasis bis masih diimpor dari luar negeri. Kalaupun sudah diproduksi lokal, mereka masih menggunakan merek luar negeri. Contohnya merek Mitsubishi dan Toyota.

Dia bilang, produsen memilih memproduksi bis ukuran 9 meter karena belum diproduksi di dalam negeri. Di pasaran, ukuran bis yang beredar adalah 7 meter dan 12 meter. “Tapi, kami akan memproduksi bis berukuran 12 meter jika ada permintaan. Yang penting, kami ingin kebutuhan bus bisa dipenuhi dari dalam negeri meski dalam jumlah terbatas. Dan kami juga akan maksimalkan komponen lokal," jelasnya.

Pengusaha pun meminta dukungan pemerintah, semisal penurunan bea masuk (BM) bahan baku berupa besi dan baja, dan komponen lainnya. Selama ini, produsen karoseri nasional mengandalkan bahan baku baja impor. Hanya sebagian kecil dari mereka yang menggunakan bahan baku karoseri dari produsen baja nasional, seperti PT Krakatau Steel. “Jika pemerintah benar-benar melaksanakan aturan Departemen Perhubungan bahwa bis berusia 15 tahun ke atas harus di-lay off, saya kira permintaan bakal semakin banyak,” katanya.

David menambahkan, total produksi bus karoseri mencapai 65.000 unit-70.000 unit per tahun. Sampai saat ini, total perusahaan karoseri di Tanah Air mencapai 400 perusahaan, dengan tenaga kerja 40.000-50.000 orang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×