Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Ibarat sedang jalan-jalan di pusat perbelanjaan, PT Erajaya Swasembada Tbk sedang melihat sejumlah etalase. Distributor telepon seluler (ponsel) tersebut sedang mempertimbangkan peluang kerjasama produksi ponsel dengan mitra bisnis.
Rencana ekspansi Erajaya semata-mata demi memenuhi aturan tingkat kandungan dalam negeri (TKDN). Kalau tak meleset, aturan wajib 30% TKDN dalam ponsel berbasis 4G akan berlaku mulai Januari 2017.
Sedianya, mitra bisnis tadi sekaligus menjadi investor. Dus, Erajaya lebih efisien dari sisi pendanaan karena tak harus merogoh kocek sendiri.
"Sesuai dengan misi pemerintah, kami tidak perlu punya bujet sendiri (untuk bangun pabrik) tapi bisa kerjasama dengan perusahaan yang sudah siap," ujar Hasan Aula, Wakil Direktur Utama PT Erajaya Swasembada Tbk kepada KONTAN, Senin (7/11).
Hanya, Hasan masih merahasiakan mitra bisnis potensial yang mereka incar. Yang terang, perusahaan tersebut tak mau asal comot mitra. Syarat mereka, mitra bisnis merupakan vendor pemilik merek ponsel dengan masa depan yang menjanjikan dan target pasar yang jelas.
Sejatinya aktivitas produksi ponsel bukan hal baru bagi Erajaya. Sebelumnya, perusahaan yang tercatat dengan kode saham ERAA di Bursa Efek Indonesia itu sudah masuk industri hilir ponsel lewat anak perusahaan bernama PT Teletama Artha Mandiri.
Teletama Artha berkongsi dengan PT Sat Nusapersada Tbk membikin ponsel Venera di Batam, Kepulauan Riau. Dalam kerjasama dengan Sat Nusapersada itu, Erajaya membenamkan investasi sedangkan Sat Nusapersada terlebih dahulu sudah memiliki pabrik di Batam.
"Mereka yang bikin dan tentunya perusahaan dengan track record yang jelas," jelas Hasan.
Selain itu, pada 30 April 2015 Erajaya tercatat membeli 5.100 saham PT Exa Nusa Persada. Pasca pembelian saham, Erajaya mengempit 51% saham PT Axioo Internasional Indonesia.
Menurut catatan pemberitaan KONTAN, tindak lanjut dari akuisisi saham tersebut berupa pembangunan pabrik di Cakung, Jakarta Timur. Erajaya merancang pabrik berkapasitas produksi 100.000 unit ponsel pintar atawa smartphone per bulan.
Cuma nilai tambah
Meski sudah menjajal bisnis manufaktur, belum ketahuan performa bisnis tersebut. Manajemen perusahaan cuma bilang, kontribusi bisnis produksi masih kecil. "Core business Erajaya tetap di distribusi, sementara untuk produksi hanya sebagai nilai tambah saja," kata Hasan.
Alih-alih membeberkan kinerja bisnis produksi, Erajaya memilih menceritakan strategi memperkuat bisnis distribusi. Gerai ritel mereka seperti Erafone, Samsung Shop, dan Urban Republik. Khusus untuk toko Urban Republik, Erajaya membidik perkembangan tren industri internet of think (IoT).
Sederhananya, IoT adalah konsep suatu objek yang memiliki kemampuan untuk mentransfer data melalui jaringan tanpa interaksi manusia ke manusia atau manusia ke komputer. Hingga kini, Urban Republik baru hadir di Jakarta.
Hingga akhir tahun 2016 nanti, Erajaya optimistis bisa membukukan pertumbuhan penjualan 10%. "Kami selalu berusaha mencapai yang terbaik meskipun situasi ekonomi masih sulit, kami berusaha mencapai profitability yang baik," tutur Hasan.
Sementara sepanjang sembilan bulan tahun ini Erajaya membukukan penjualan neto Rp 15,59 triliun atau naik 11,76% ketimbang periode yang sama tahun lalu. Penjualan ponsel dan tablet menjadi kontributor utama sebesar Rp 13,09 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News