Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ericsson, perusahaan telekomunikasi asal Swedia memperkirakan, ada sekitar 220 juta orang di seluruh dunia akan berlangganan 5G pada akhir 2020. Di Asia Tenggara dan Oseania, jumlah pelanggan 5G akan melampaui 380 juta, 32% dari semua pelanggan seluler pada 2026.
Selain itu, 5G berpeluang menghasilkan pendapatan senilai US$ 297 miliar bagi penyedia layanan komunikasi di Asia Tenggara, Oseania, dan India pada 2030.
Jerry Soper, Head of Ericsson Indonesia memproyeksikan, empat dari setiap sepuluh pelanggan seluler pada 2026 akan menjadi pelanggan 5G. Perkiraan itu terdapat dalam Ericsson Mobility Report edisi terbaru.
Laju pengimplementasian teknologi 5G dalam hal langganan dan cakupan populasi diketahui menjadi yang tercepat dibandingkan generasi-generasi sebelumnya.
Laporan tersebut memperkirakan bahwa pada akhir 2020, lebih dari 1 miliar orang atau 15% dari penduduk dunia akan tinggal di wilayah dengan cakupan 5G. Pada akhir tahun ini, diperkirakan terdapat 220 juta pelanggan 5G secara global.
Baca Juga: Ekonomi digital terus berkembang, kualitas layanan telekomunikasi menjadi kunci utama
Pada 2026, 60% penduduk dunia akan memiliki akses ke layanan 5G, dengan pelanggan 5G diperkirakan mencapai 3,5 miliar, menyumbang lebih dari 50% lalu lintas data seluler pada saat itu.
Di Asia Tenggara dan Oseania, 5G diperkirakan menjadi teknologi terpopuler kedua setelah LTE pada 2026, dengan jumlah pelanggan lebih dari 380 juta dan menyumbang 32% dari semua pelanggan seluler.
“Di Asia Tenggara dan Oseania, lalu lintas data seluler terus tumbuh secara stabil dengan laju pertumbuhan tahunan majemuk (CAGR) sebesar 33% untuk jangka waktu tersebut. Lalu lintas data seluler diperkirakan mencapai 32EB per bulan pada 2026 atau setara dengan 33GB per bulan per smartphone," ujar Jerry saat acara peluncuran Ericsson Mobility Report 2020 secara virtual, Selasa (8/12).
Menurutnya, pertumbuhan konsumsi data seluler telah dikonversikan ke dalam paket data yang lebih beragam dan besar dari operator seluler di berbagai belahan dunia.
Di Indonesia, 5G akan berperan penting dalam mengelola lalu lintas data efisien bagi penyedia layanan serta memungkinkan mereka untuk meningkatkan layman digital yang telah ada maupun use case seperti video streaming sports streaming mobile gaming dan layanan smart home.
Ericsson Mobility Report menyoroti mengapa keberhasilan 5G tidak hanya terbatas pada cakupan atau jumlah pelanggan saja. Keberhasilan juga akan ditentukan oleh use case dan aplikasi baru, di mana yang pertama sudah mulai muncul.
Menurut laporan Harnessing the 5G Consumer Potential baru dari Ericsson ConsumerLab, pasar konsumen 5G dapat bernilai US$ 31 triliun pada 2030 secara global, dengan penyedia layman komunikasi (CSP) menghasilkan US$ 3,7 triliun dari jumlah tersebut yang dapat meningkat lebih jauh seiring dengan kemunculan peluang baru layman digital, yang berdekatan.