kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

ESDM memacu penggunaan energi bersih


Jumat, 24 November 2017 / 14:45 WIB
ESDM memacu penggunaan energi bersih


Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mendorong penggunaan energi bersih, baik untuk proyek kelistrikan maupun transportasi. Menteri ESDM Ignasius Jonan mengatakan hal ini sejalan dengan target pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) untuk kelistrikan Indonesia yang sebesar 23% pada tahun 2025.

"Untuk kelistrikan, pemerintah fokus pada tiga hal. Satu adalah ketersediaan kapasitas, kedua pemerataan distribusi atau biasa disebut electrification ratio yang merata, dan ketiga tarifnya terjangkau. Pemerintah juga sepakat yang keempat adalah clean energy (energi bersih)," jelas Jonan, saat menyampaikan sambutan di acara Indonesia Best Electricity Award (IBEA) 2017 di Jakarta, Kamis (23/11) malam.

Pemerintah juga mulai mendorong  penggunaan kendaraan listrik untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan bakar minyak (BBM). Jonan mengungkapkan, saat ini konsumsi BBM mencapai 1,6 juta hingga 1,7 juta barel per hari (bph), sementara produksi dalam negeri sekitar 800.000 bph. Jika pola ini tidak diubah, Jonan memperkirakan 10 hingga 20 tahun ke depan, impor BBM mencapai 1,4 juta bph.

"Bapak Presiden juga mendukung adanya penciptaan atau mulai digunakannya kendaraan listrik, ini juga sejalan dengan semangat ketahanan energi, yaitu semaksimal mungkin menggunakan energi yang dihasilkan dari dalam negeri. Kalau kita mengandalkan BBM, konsumsi dalam negeri 1,6 juta-1,7 juta barel per hari (bph), produksi 800.000 bph, impor satu hari 800.000 sampai 900.000 bph, Kira-kira bagaimana 20 tahun ke depan? Kalau bisa sama, saya terima kasih. Kalau kita biarkan, tidak menggunakan kendaraan listrik, mungkin dalam 10 tahun sampai 20 tahun ke depan impornya akan naik. Kalau di-nett, impor dikurangi produksi kita, bisa 1,3 juta sampai 1,4 juta bph impornya,"  papar Jonan.

Kendaraan listrik serta peralatan rumah tangga yang menggunakan listrik, energi primernya banyak dihasilkan di dalam negeri, mulai dari batubara, gas bumi dan EBT. "Ini yang kami dorong, pengembangan kelistrikan makin lama makin bisa digunakan oleh masyarakat dengan tarif yang terjangkau," jelasnya.

Khusus pengembangan energi terbarukan, Jonan menyampaikan bahwa sejak awal tahun hingga saat ini, 1.186 Megawatt (MW) pembangkit listrik yang energi primernya bersumber dari EBT telah ditandatangani. Hingga akhir tahun, kapasitasnya diharapkan mencapai 1.500 MW.

"Banyak yang kasih masukan ke saya, tapi faktanya dari Januari sampai November, IPP (Independent Power Producer) atau perusahaan pengembang listrik swasta, energi terbarukan yang ditandatangani dengan PLN itu 1.186 MW. Ini banyak sekali. Saya kira enggak pernah ada satu tahun kerja di Indonesia yang bisa lebih dari 1.000 MW pembangkit energi terbarukan yang ditandatangani. Mudah-mudahan sampai penutupan tahun bisa kira-kira mencapai 1.500 MW dan kita dukung terus," pungkas Jonan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×