kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.122.000   32.000   1,53%
  • USD/IDR 16.630   72,00   0,43%
  • IDX 8.051   42,68   0,53%
  • KOMPAS100 1.123   6,98   0,62%
  • LQ45 810   0,68   0,08%
  • ISSI 279   2,38   0,86%
  • IDX30 423   1,81   0,43%
  • IDXHIDIV20 485   2,83   0,59%
  • IDX80 123   0,38   0,31%
  • IDXV30 132   0,38   0,29%
  • IDXQ30 135   0,57   0,43%

ESDM Ungkap Potensi China dan Rusia Masuk dalam Pengembangan Nuklir di Indonesia


Jumat, 20 Juni 2025 / 13:56 WIB
ESDM Ungkap Potensi China dan Rusia Masuk dalam Pengembangan Nuklir di Indonesia
ILUSTRASI. Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung di Jakarta.


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan, ada dua negara yang telah menawarkan transfer teknologi dalam hal pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Indonesia, yaitu China dan Rusia.

"Jadi untuk teknologi yang ditawarkan, katanya itu ada dari China atau dari Rusia, ini mungkin dari kunjungan Pak Menteri kemarin," ungkap Wakil Menteri (Wamen) ESDM Yuliot Tanjung saat ditemui di Kantor ESDM, Jumat (20/06).

Meski begitu terkait detail mengenai kerjasama teknologi dari Rusia, Yuliot bilang, kejelasan akan diungkap usai Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia pulang dari lawatannya ke Rusia yang dilaksanakan pada 18-19 Juni 2025 kemarin.

Terkait dua pilihan negara ini, Yuliot juga bilang, ini menyesuaikan dengan target pengembangan PLTN Indonesia yang akan terlebih dahulu fokus pada pengembangan modular kecil atau Small Modular Reactors (SMR). 

Baca Juga: Hashim: Indonesia Bakal Bangun Pembangkit Listrik Nuklir 10 Giga Watt Hingga 2040

Ini akhirnya berdampak pada dua negara yang dijajaki sebelumnya yaitu Kanada dan Korea Selatan namun mengalami ketidakcocokan karena memiliki pengembangan nuklir pada skala modular besar atau Large Modular Reaktor (LMR).

"Jadi di Kanada ternyata tidak. Kemudian di Korea Selatan itu juga kita jajaki, ternyata mereka memiliki kapasitas Large Scale," ungkap Yuliot.

Untuk diketahui, PLTN telah resmi masuk dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034 sebagai bagian dari strategi transisi energi nasional.

Menteri ESDM sekaligus Ketua Harian Dewan Energi Nasional (DEN) Bahlil Lahadalia menyampaikan bahwa PLTN pertama Indonesia ditargetkan mulai beroperasi pada 2030 atau paling lambat 2032 dengan kapasitas awal 2x250 atau 500 Megawatt (MW).

Disisi lain, Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) dari unsur pemangku kepentingan, Agus Puji Prasetyono, juga sempat mengungkapkan bahwa PLTN perdana memiliki prioritas pembangunannya yang tersebar di beberapa provinsi, yakni Kalimantan Barat, Bangka Belitung, Sulawesi Tenggara, dan Pulau Halmahera.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU

[X]
×