kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.902.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.450   167,00   1,00%
  • IDX 6.816   48,94   0,72%
  • KOMPAS100 985   6,24   0,64%
  • LQ45 763   1,83   0,24%
  • ISSI 216   1,39   0,64%
  • IDX30 397   1,52   0,38%
  • IDXHIDIV20 474   2,31   0,49%
  • IDX80 111   0,22   0,20%
  • IDXV30 115   -0,82   -0,71%
  • IDXQ30 130   0,67   0,52%

Hashim: Indonesia Bakal Bangun Pembangkit Listrik Nuklir 10 Giga Watt Hingga 2040


Minggu, 04 Mei 2025 / 12:14 WIB
Hashim: Indonesia Bakal Bangun Pembangkit Listrik Nuklir 10 Giga Watt Hingga 2040
ILUSTRASI. Utusan Khusus Presiden bidang Iklim dan Energi Hashim Djojohadikusumo mengungkapkan, Indonesia bakal bangun PLTN dengan kapasitas 10 Giga Watt (GW) hingga tahun 2040.


Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Utusan khusus untuk bidang iklim dan energi sekaligus adik kandung Presiden Prabowo Subianto, Hashim Djojohadikusumo mengatakan, Indonesia akan membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) dengan kapasitas 10 Giga Watt (GW) hingga tahun 2040.

Hal ini diungkapnya dalam sebuah wawancara dengan Reuters dari New York, Jumat (2/5).

Hashim juga menyebut bahwa kontrak-kontrak terkait pembangunan PLTN akan diberikan dalam kurun waktu lima tahun ke depan dengan tujuan agar tercapainya netralitas karbon di tahun 2050.

"Banyak kontrak akan ... dalam lima tahun ke depan ... terutama (kontrak) nuklir karena waktu tunggu yang lama," kata Hashim.

Baca Juga: Mati Listrik di Bali Akibat Gangguan Kabel Bawah Laut

Daya 10 GW dari pembangkit nuklir akan menjadi salah satu penyumbang tambahan kapasitas listrik hingga tahun 2040 yang di target sebesar 103 GW.

Ditambah dengan 75 GW dari tenaga surya, angin, panas bumi, dan biomassa, dan sisanya 18 GW dari pembangkit gas.

Adapun, kapasitas listrik terpasang Indonesia saat ini sekitar 90 GW, lebih dari setengahnya berasal dari batubara.

Sementara untuk energi terbarukan baru mencakup kurang dari 15 GW dari kapasitas saat ini.

Hashim menambahkan, perusahaan nuklir negara Rusia Rosatom, China National Nuclear Corporation, Rolls Royce dari Inggris, EDF dari Prancis, dan perusahaan reaktor modular kecil AS NuScale Power Corporation telah menunjukkan minat pada ambisi tenaga nuklir Indonesia ini.

"Saya pikir mungkin saja mereka akan berinvestasi bersama dengan lembaga seperti Danantara," katanya.

Lebih lanjut, Hashim bilang, belum ada keputusan yang dibuat tentang lokasi pembangkit nuklir, topik yang kontroversial di negara yang membentang di atas apa yang disebut Cincin Api Pasifik, tempat berbagai lempeng di kerak Bumi bertemu sehingga meningkatkan risiko gempa bumi dan aktivitas gunung berapi.

Baca Juga: DPR: Pembangkit Nuklir akan Menggantikan Pembangkit Listrik Gas dalam RUPTL 2025-2034

Namun, dia menegaskan bahwa wilayah barat Indonesia cocok untuk pembangkit nuklir satu lokasi yang satu unitnya dapat menghasilkan sekitar 1 GW daya. Sementara, reaktor modular kecil terapung yang menghasilkan hingga 700 megawatt cocok di wilayah timur.

Pemerintah pun masih berkomitmen untuk melakukan transisi energi. Untuk itu, Hashim bilang akan mengambil pendekatan yang seimbang untuk mencapai tujuan itu karena presiden mencoba untuk meningkatkan tingkat pertumbuhan ekonomi negara itu menjadi 8% dari sekitar 5% dalam beberapa tahun terakhir.

"Pemerintah tidak ingin melakukan bunuh diri ekonomi. Tidak akan ada penghentian bertahap, tetapi akan ada penurunan bertahap," katanya.

Kelanjutan dari Pensiun Dini PLTU Cirebon-1

Selain isu PLTN, Hashim juga menjabarkan update terkait kesepakatan dengan Bank Pembangunan Asia untuk penghentian awal pembangkit listrik tenaga batubara Cirebon-1 berkapasitas 660 megawatt di provinsi Jawa Barat.

Di mana hal ini didukung pula dari Kemitraan Transisi Energi Adil (JETP) senilai US$ 20 miliar, dan diharapkan akan selesai dalam beberapa bulan ke depan, kata Hashim.

Baca Juga: Biaya Pensiun Dini PLTU hingga 2050 Diperkirakan Mencapai US$ 27,5 Miliar

Kekhawatiran tentang risiko finansial dan hukum dari penutupan pembangkit listrik tersebut telah menjadi batu sandungan, dan tantangan baru bagi transisi energi adalah penarikan diri pemerintah AS dari JETP.

Selanjutnya: Warren Buffett Pamit! Akan Mundur sebagai CEO Berkshire Hathaway pada Akhir 2025

Menarik Dibaca: 7 Strategi Cerdas Mengelola Keuangan bagi Calon Mahasiswa di 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×