kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Flu burung mulai marak, pemerintah tingkatkan kewaspadaan


Rabu, 06 April 2011 / 17:10 WIB
Flu burung mulai marak, pemerintah tingkatkan kewaspadaan


Reporter: Herlina KD | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Kementerian Pertanian mulai meningkatkan kewaspadaan wabah flu burung di semua wilayah di Indonesia. Wakil Menteri Pertanian Bayu Krishnamurti mengatakan, selama Januari - Maret setiap tahunnya memang merupakan musim serangan flu burung pada unggas.

Bayu mengatakan, tahun ini kasus flu burung tak hanya di Indonesia, bahkan beberapa negara yang selama ini sudah dinyatakan bebas flu burung seperti Jepang, tahun ini kembali terserang. "Di Indonesia, seperti Gorontalo yang dulu tidak kena, sekarang terkena. Sedangkan Kalimantan Barat yang dulu terkena dan sudah dinyatakan bebas sekarang juga terkena lagi," ujarnya Rabu (6/4).

Berdasarkan data Kementerian Pertanian, pada Januari 2011 ini terjadi 136 kasus fu burung dan terus meningkat pada Februari menjadi 156 kasus dan Maret sebanyak 307 kasus. Jumlah unggas yang mati selama Januari 2011 sebanyak 8.315 ekor, Februari 6.310 ekor dan Maret 17.471 ekor. Khusus bulan Maret, tiga provinsi yang paling banyak terkena flu burung adalah Sumatra Barat, Riau dan Jambi.

Sebagai perbandingan, pada tahun 2010 lalu, pada Januari terjadi 284 kasus flu burung, Februari terjadi 362 kasus dan Maret 159 kasus flu burung. Sedangkan pada tahun 2009 Januari terdapat 195 kasus, Februari 331 kasus dan Maret 337 kasus.

Bayu mengungkapkan merebaknya kasus flu burung tahun ini didorong oleh adanya cuaca basah dan banjir yang membuat virus cepat berkembang. Ditambah lagi, kemungkinan ada kendala akibat ketidaksempurnaan vaksinasi.

Selain itu, Bayu mengatakan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya dimana kasus flu burung lebih banyak ditemukan di peternakan rumah tangga (sektor 4) dimana ternak tidak dikandangkan, pada tahun ini kasus flu burung lebih banyak ditemukan di sektor 2 dan 3 yang tidak lain adalah peternakan besar yang sudah dikandangkan.

Untuk mengantisipasi merebaknya kasus ini, Bayu bilang pemerintah akan kembali meningkatkan aktifitas Partisipatory Desease Survailance Response (PDSR) untuk memonitor kejadian di daerah. Bayu juga bilang saat ini pemerintah juga belum menetapkan flu burung sebagai kejadian luar biasa (KLB).

Ketua Gabungan Organisasi Perunggasan Nasional (Gopan) Tri Hardiyanto mengungkapkan virus flu burung memang sudah menjadi siklus tahunan. "Virus ini merebak di saat cuaca basah, dan akan berakhir ketika musim panas," jelasnya.

Sebenarnya, kata Tri saat ini kasus flu burung sudah mulai mereda karena sudah memasuki musim panas. Ia mengakui pada Januari - Februari lalu kasus flu burung merebak, hanya saja tidak sampai mengganggu produksi. "Bahkan, saat ini produksi ayam kelebihan pasokan sekitar 20% -30%," ungkapnya.

Menurutnya, kebutuhan ayam nasional sekitar 26 juta ekor - 26 juta ekor per minggu. Nah, saat ini, kata Tri pasokan ayam di pasar sudah mencapai 30 juta ekor per minggu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×