kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Fluktuatif, GIMNI Prediksi Penjualan Minyak Goreng Capai 2,78 Juta Ton di 2024


Senin, 12 Februari 2024 / 13:09 WIB
Fluktuatif, GIMNI Prediksi Penjualan Minyak Goreng Capai 2,78 Juta Ton di 2024
ILUSTRASI. Penjualan minyak goreng kemasan Minyakita di sebuah warung kelontong, Tangerang Selatan, Banten, Minggu (14/1/2024). Kementerian Perdagangan bakal memanggil pelaku industri minyak goreng untuk membahas evaluasi harga Minyakita, dalam rangka merespons harga MinyaKita yang sudah mencapai Rp 15.000 per liter atau lebih tinggi dari Harga Eceran Tertinggi (HET)-nya yaitu Rp 14.000/liter. (KONTAN/Carolus Agus Waluyo)


Reporter: Rashif Usman | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) memproyeksikan, penjualan minyak goreng kemasan sederhana dengan merek Minyakita dan minyak goreng curah melalui pasar tradisional mencapai 2,78 juta ton di tahun 2024.

Direktur Eksekutif GIMNI, Sahat Sinaga menyampaikan penjualan minyak goreng kemasan sederhana tersebut cenderung mengalami fluktuatif sejak pertama kali diluncurkan tahun 2022 lalu, di mana kondisi penjualan minyak goreng kemasan sederhana tersebut mencapai 3 juta ton, kemudian turun sekitar 8,3% menjadi 2,75 juta ton di tahun 2023.

Penurunan penjualan ini berbanding lurus dengan menurunnya permintaan masyarakat. Jika merujuk Data Badan Pangan Nasional (Bapanas), kebutuhan minyak goreng nasional mencapai 5,9 juta ton di tahun 2022, kemudian menurun menjadi 4,8 juta ton di tahun berikutnya.

Baca Juga: Ini Biang Kerok Penyaluran MinyaKita Belum Maksimal

Sahat mengungkapkan adanya perubahan pola makan masyarakat membuat volume konsumsi minyak goreng selalu berubah dari tahun ke tahun. Ia menilai sebagian masyarakat kini sudah mulai mengurangi konsumsi makanan dengan cara digoreng (fried foods).

"Pola makan masyarakat kota sudah banyak berubah ke makanan berbasis tepung, gandum, makanan instan, dan pola goreng-menggoreng sudah mulai berubah," kata Sahat kepada Kontan, Minggu (11/2).

Sementara itu, Sahat menilai bahwa penjualan minyak goreng dalam kemasan premium juga mengalami penurunan. 

Jika melihat data BPS, disebutkan konsumsi minyak goreng mencapai 4,8 juta ton, di mana Minyakita dan minyak goreng curah berkontribusi sebesar 2,75 juta ton. Artinya, penjualan minyak goreng kemasan premium tahun 2023 hanya 2,05 juta ton. Padahal, pada tahun sebelumnya bisa mencapai 2,9 juta ton.

Baca Juga: Ironi Minyak Goreng di Negeri Hamparan Sawit, Minyakita Langka dan Harganya Tinggi

"Kemasan premium melorot keras, dan kelihatannya selain pola makan yang berubah juga mereka (masyarakat) lebih memilih Minyakita di pasar tradisional dibandingkan via pasar moderen," ujarnya.

Lebih lanjut, Sahat menerangkan bahwa permintaan minyak goreng akan mengalami kenaikan menjelang momentum Ramadan dan Lebaran tahun ini sekitar 74 Kiloliter.

"Kalau untuk tahun 2024, permintaan minyak goreng rakyat yakni Minyakita dan minyak goreng curah rata-rata berada di level 205.000 Kiloliter per bulan. Sementara mendekati Hari Besar Keagamaan (Ramadan dan Lebaran) akan meningkat menjadi 279.000 Kiloliter per bulan," terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×