Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keberadaan MinyaKita masih langka. Padahal, pemerintah sudah menaikkan jumlah produksi hingga pemberian insentif bagi produsen yang menyalurkan minyak goreng rakyat dalam bentuk MinyaKita.
Menanggapi hal ini, Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI) Sahat Sinaga mengatakan, suasana pasar global yang sedang tidak kondusif bagi sawit menjadikan program MinyaKita tidak tidak berjalan maksimal.
Adanya kenaikan harga minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPI) dalam negeri yang mencapai Rp 12.850-12.950 per kg juga menghambat program pengadaan MinyaKita.
Baca Juga: Hasil Survei BI: Penjualan Eceran Bulan Januari 2023 Menurun
"Dengan harga CPO tersebut, penyaluran minyak goreng rakyat sesuai HET Rp 14.000/liter akan sulit tercapai dan pasokan MinyaKita akan tiarap," kata Sahat pada Kontan.co.id, Minggu (12/3).
Hal tersebut pula yang membuat banyak pengusaha memilih menyalurkan minyak goreng rakyat dalam bentuk curah daripada MinyaKita untk mengurangi potensi kerugian.
Meski sudah ada insentif yaitu pengali ekspor, menurutnya juga tidak cukup. Sebab pada saat ini pasar global tengah lesu. Sehingga pengali ekspor tidak menarik banyak minat produsen.
"Memang betul ada insentif tambahan tapi hasilkan resultante yang tidak mendukung, sehingga MinyaKita masih tiarap dan beralih ke minyak curah," tambah Sahat.
Sebelumnya, Kementerian Perdagangan (Kemendag) melaporkan realisasi Domestic Market Obligation (DMO) minyak goreng rakyat baru mencapai 43,56% atau setara 196.032 ton dari target 450.000 ton.
"Sampai dengan 20 Februari 2023 pukul 18.00 WIB, telah terdistribusi DMO minyak goreng dari produsen sebesar 196.032 ton atau 43,56 persen dari total alokasi DMO 450 ribu ton," ujar Pelaksana Tugas Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag), Kasan, Senin (20/2).
Baca Juga: Ada Deposito Ekspor Sawit hingga Mei, Gapki: Tidak Masalah, Ekspor CPO Masih Jalan
Kasan menjelaskan, realisasi DMO yang tersalurkan saat ini masih didominasi dalam bentuk minyak goreng curah, yakni sebesar 153.347 ton atau 78,23 persen. Sedangkan untuk bentuk minyak goreng kemasan Minyakita sebesar 42.685 ton atau 21,77 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News