Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Jane Aprilyani
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dukung bauran energi baru terbarukan, SUN Energy bersama unit bisnis lainnya dalam naungan Grup SUN meluncurkan layanan terbaru, dari Solar As A Service menjadi ‘Sustainability As A Service.
SUN Enrgy merancang layanan ini untuk memenuhi kebutuhan industri hijau dan keberlanjutan.
Oky Gunawan, Chief of Sales SUN Energy, bilang, Grup SUN tidak hanya membantu industri menurunkan jejak karbon, tetapi juga menciptakan ekosistem operasional yang lebih hemat energi dan ramah lingkungan.
Strategi yang SUN Energy lakukan ini memungkinkan perusahaan-perusahaan di berbagai sektor untuk memenuhi standar keberlanjutan global, sekaligus meningkatkan daya saing mereka di era yang semakin menuntut perhatian terhadap kelestarian lingkungan.
Dengan layanan yang fleksibel dan terintegrasi, Grup SUN hadir sebagai mitra strategis bagi industri yang ingin mewujudkan komitmen mereka terhadap praktik bisnis hijau.
Oky bilang, sampai dengan November 2024, SUN Energy telah berhasil menginstalasi PLTS atap sebanyak 175 megawatt peak (MWp) di berbagai daerah di Indonesia.
Tak hanya di Indonesia, Oky menyebutkan, SUN Energy juga memasang PLTS untuk konsumen di negara Asia Tenggara dan Australia. Pemasangan PLTS atap di Indonesia oleh SUN Energy capai 175 MWp, Australia 132 MWp, Thailand 22,4 MWp, dan Vietnam 20 MWp.
"Pemasangan PLTS atap sudah mencapai 175 MWp di Indonesia, dan total di atas 330 MW," kata Oky di acara Media Birefing SUN Energy di Senayan, GBK, Jumat (14/12).
Tahun depan, Oky menyatakan, SUN Energy aakan fokus memenuhi permintaan energi surya di beberapa industri yang memiliki konsumsi listrik cukup tinggi, salah satunya adalah industri semen, pertambangan dan industri fast moving consumer goods (FMCG).
Tak menutup kemungkinan juga untuk industri manufaktur, besi, keramik, ritel dan lainnya. "Unilever sudah jadi klien kita kemudian Sidomuncul. Permintaan energi terbarukan dari FMCG ini meningkat cukup signifikan," tambah Oky.
Pertumbuhan kebutuhan akan layanan keberlanjutan menjadi cara SUN Energy mengembangkan bisnisnya.
Tahun ini, Oky menambahkan, di Indonesia, dari total proyek, area instalasi energi surya di Jawa Barat dan Jabodetabek, persentasenya lebih dari 55%. Diikuti area Jawa Timur hampir 20%, Jawa Tengah 15%, sisanya tersebar di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan wilayah Timur lainnya.
"Tahun depan, SUN Energy menargetkan peningkatan kapasitas instalasi 2 kali lipat pertumbuhan dibanding tahun 2024, persentase angka pertumbuhannya lebih dari dua digit," ungkap Oky.
"Sejalan dengan peluncuran layanan baru seperti pengelolaan air berkelanjutan untuk sektor industri, kami berkomitmen menjadi mitra strategis dalam mendorong transformasi keberlanjutan industri di Indonesia," imbuhnya.
Sebagai bagian dari Sustainability As A Service, SUN Energy memperkenalkan NIRA, layanan pengelolaan air berkelanjutan yang dirancang untuk mendukung sektor komersial dan industri dalam mewujudkan praktik operasional yang lebih hijau.
NIRA menawarkan solusi inovatif berupa teknologi daur ulang air, optimalisasi penggunaan air, serta pengurangan limbah air yang dihasilkan.
Baca Juga: SUN Energy Raih Pembiayaan Syariah
Layanan ini telah membantu berbagai sektor, termasuk manufaktur, perhotelan, dan kawasan industri, untuk mengurangi konsumsi air bersih secara signifikan sekaligus meningkatkan efisiensi operasional.
Ke depan, NIRA akan memperluas target pasarnya dengan menyasar industri padat konsumsi air seperti tekstil, makanan dan minuman, serta properti komersial besar seperti pusat perbelanjaan dan perkantoran.
Dengan layanan yang terintegrasi, NIRA tidak hanya mendukung keberlanjutan lingkungan tetapi juga membantu bisnis memenuhi standar keberlanjutan global, meningkatkan efisiensi biaya, dan memperkuat daya saing mereka di pasar.
Di sektor energi terbarukan, SUN Energy juga melihat peluang besar untuk memaksimalkan penetrasi PLTS di sektor komersial dan residensial.
Karina Darmawan, CEO SUN Terra, unit bisnis Grup SUN yang berfokus pada pengembangan PLTS di sektor residensial dan komersial, menegaskan, pihaaknya melihat peluang besar untuk memaksimalkan penetrasi PLTS di sektor komersial dan residensial.
Berkaca pada negara-negara ASEAN, seperti Thailand, ketertarikan sektor komersial untuk memanfaatkan PLTS terus bertumbuh karena penghematan energi yang signifikan.
"Tahun ini, kami mendapatkan hampir 1.000 pelanggan residensial, terutama yang berasal dari pengembang properti. Tahun depan, kami menargetkan pertumbuhan lebih dari 2 kali lipat," jelas Karina.
Hingga akhir 2024, SUN Energy telah mencapai lebih dari 180 MWp instalasi PLTS, termasuk proyek yang dilengkapi dengan sistem penyimpanan energi (energy storage system/ESS), yang memungkinkan ketersediaan energi bersih secara berkelanjutan bahkan saat pasokan matahari terbatas.
Jimmy Carlos Simamora, Channel Marketing Manager Huawei Digital Power Indonesia, menambahkan, solusi penyimpanan energi kini menjadi elemen kunci dalam implementasi energi terbarukan.
Salah satu proyek SUN Energy di Jambi yang mengimplementasikan teknologi ESS 1 MWp telah mengoptimalkan penggunaan energi surya dengan menyimpan kelebihan energi yang dihasilkan untuk digunakan pada malam hari di daerah pertambangan.
"Sehingga, memastikan stabilitas pasokan energi bagi sektor industri," jelas Jimmy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News