Reporter: Azis Husaini, Pratama Guitarra | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. PT Freeport Indonesia berencana membangun pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) konsentrat tembaga dengan menggandeng perusahaan lain. Saat ini Freeport tengah mematangkan pembangunan smelter berkapasitas 400.000 ton per tahun, dengan investasi yang dibutuhkan US$ 2,3 miliar.
Rozik B. Soetjipto, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia mengungkapkan, pihaknya saat ini tengah mencari mitra untuk membangun smelter dan sudah ada beberapa perusahaan yang mendekat. "Misalnya dari China, tapi saya belum tahu, sifatnya masih pendekatan," ungkap dia, kepada KONTAN, pada medio Agustus 2014 lalu.
Dia menyatakan, pihaknya juga belum bisa membeberkan dari pos mana anggaran pembangunan smelter tersebut. Yang jelas, Freeport berkomitmen untuk membangun smelter baru di Indonesia.
Sebab, produksi Freeport tahun 2021 atau 2022 akan terus meningkat seiring dengan mulai beroperasinya tambang bawah tanah Freeport. Sebelumnya, Freeport dan Mitsubishi sudah membangun smelter dengan membangun perusahaan patungan bernama PT Smelting Gresik.
Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sukhyar mengatakan, untuk memuluskan pembangunan smelter adalah hak Freeport jika ingin menggandeng perusahaan asing. "Terserah saja, jadi tidak ada kekuatan kami untuk menahan, ini kan jatuhnya business to business, jadi sah-sah saja," katanya, Selasa (16/9).
Ia menganggap, kerjasama dengan perusahaan asing tersebut dilihat dari Freeport yang tidak memiliki kompetensi untuk membangun smelter sendiri, sehingga harus kerjasama dengan perusahaan lain yang memiliki teknologi atau membeli teknologi.
Skema bisnisnya apakah nanti perusahaan asing itu membangun smelter, lalu Freeport memasok konsentrat. Atau ada pembagian saham, Kementerian ESDM tidak ikut campur soal itu. "Yang penting Freeport memiliki kewajiban untuk melakukan pemurnian di Indonesia," terangnya.
Sukhyar bilang, untuk mengecek proyek pembangunan smelter yang dijanjikan Freeport, kini sudah ada tim teknis yang mengevaluasi dan melaporkan perkembangan yang dicapai. "Ini kan masih awal-awal ya, mulai dari penentuan lokasi, basic engineering dan izin analisis dampak lingkungan (Amdal) yang masih harus dijalankan Freeport," terangnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News