kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Freight Rate Kapal Melonjak Akibat Konflik Geopolitik di Laut Merah Belum Mereda


Senin, 25 Maret 2024 / 09:45 WIB
Freight Rate Kapal Melonjak Akibat Konflik Geopolitik di Laut Merah Belum Mereda
ILUSTRASI. Konflik geopolitik di Laut Merah belum kunjung mereda sampai saat ini. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Konflik geopolitik di Laut Merah belum kunjung mereda sampai saat ini. Krisis ini dapat menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kelangsungan bisnis dan kinerja perusahaan-perusahaan pelayaran Indonesia pada 2024.

Ketua Umum DPP Indonesian National Shipowners' Association (INSA) Carmelita Hartoto menyampaikan, krisis di Laut Merah membuat rute pelayaran angkutan dari Asia ke Eropa atau sebaliknya menjadi lebih jauh karena harus memutar melewati Afrika Selatan. “Waktu pelayaran kapal menjadi lebih lama 10 sampai 14 hari dari biasanya,” ujar dia, Minggu (24/3).

Konsekuensinya, konsumsi bahan bakar kapal dipastikan melonjak. Premi asuransi yang harus ditanggung perusahaan pelayaran juga naik karena meningkatnya risiko keamanan pelayaran global seiring krisis Laut Merah serta konflik Rusia-Ukraina dan Israel-Palestina.

Baca Juga: Beban Biaya Logistik di Indonesia Masih Lebih Tinggi Ketimbang Negara Lain

Jika konflik ini tak kunjung mereda, para pelaku usaha pelayaran global masih akan melanjutkan kebijakan kenaikan tarif angkutan atau freight rate dalam beberapa waktu mendatang. Perkiraan INSA, kenaikan freight rate tersebut dapat mencapai kisaran 56%--63%.

INSA juga menilai, di tengah tren kenaikan freight rate, permintaan ekspor atau impor menggunakan kapal tidak akan mengalami penurunan. Biar bagaimanapun sejauh ini kapal merupakan alat transportasi untuk angkutan barang-barang ekspor dan impor yang paling efisien.

“Kalaupun memang terjadi penurunan muatan ekspor-impor di kapal itu lebih dipengaruhi oleh kondisi ekonomi global yang melambat,” ungkap Carmelita.

Secara umum, INSA memproyeksikan pertumbuhan kinerja industri pelayaran atau transportasi laut berkisar 5% pada 2024, atau sejalan dengan pertumbuhan ekonomi nasional.

Selain kenaikan freight rate dan biaya operasional kapal rute internasional, pengusaha pelayaran nasional juga dihadapkan oleh tantangan efek kenaikan harga solar dan penyesuaian tarif bongkar muat peti kemas di pelabuhan.

Lantas, INSA menyebut para pelaku usaha pelayaran nasional harus benar-benar bisa menghitung dengan cermat mana saja pos biaya yang dapat ditekan. Para pebisnis pelayaran juga mesti menggenjot kinerja usahanya dengan mengembangkan layanan angkutan di pasar domestik yang notabene kondisinya masih lebih baik ketimbang pasar global.r

Sejauh ini, kinerja sejumlah emiten pelayaran kargo mengalami tren penurunan. Salah satunya PT Samudera Indonesia Tbk (SMDR) yang mencatatkan koreksi pendapatan jasa 32,61% year on year (YoY) menjadi US$ 575,42 juta per kuartal III-2023. Laba bersih SMDR juga turun 64,77% YoY menjadi US$ 92,57 juta.

Direktur Utama Samudera Indonesia Bani Maulana Mulia mengaku, konflik di Laut Merah meningkatkan risiko keamanan bagi kapal kargo rute internasional. Sisi baiknya, perusahaan-perusahaan pelayaran seperti SMDR bisa mengoptimalkan potensi pendapatan jasa angkutan seiring freight rate yang tinggi.

Baca Juga: Ongkos Logistik RI Masih Tinggi, Ini Permintaan Pengusaha

SMDR pun berusaha mencari peluang sembari mengelola risiko konflik Laut Merah. Saat ini, SMDR mengoperasikan layanan angkutan kapal kargo yang menghubungkan Timur Tengah dengan Asia Tenggara tanpa melewati Laut Merah.

"Hal ini terbukti menjadi peluang menjanjikan bagi kami, karena banyak kargo yang dapat dialihkan menghindari Laut Merah," imbuh Bani, Minggu (24/3).

Walau tidak dijelaskan secara rinci, pihak SMDR berharap dapat meraih pendapatan dan laba bersih lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×