Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Merger sedang menjadi tren di industri telekomunikasi tanah air. Setelah pengumuman merger Indosat Ooredoo dan 3 Indonesia, muncul lagi rencana merger XL Axiata dengan Smartfren.
Ketua Pusat Studi Kebijakan Industri dan Regulasi Telekomunikasi Indonesia ITB, Ian Josef Matheus Edward menilai positif terhadap rencana merger dan akuisisi tersebut. Selain memperkuat struktur keuangan perusahaan, juga akan memperkuat operator selular dalam menyambut era 5G yang sudah dimulai di Indonesia.
Dengan merger akan saling memperkuat permodalan, frekuensi yang dimiliki dan backbone. “Agar menjamin terselenggaranya 5G tak hanya frekuens.. Saat ini Indosat memiliki jaringan backbone yang lebih besar ketimbang 3 Indonesia. Dan merger tersebut dapat menjadi sinergi yang baik bagi 3 Indonesia," terang Ian, dalam keterangannya, Selasa (12/10).
Idealnya jumlah operator seluear di Indonesia tak lebih dari empat pemain. Jika terdiri dari 3 operator, Ian khawatir akan terjadi potensi oligopoli antar penyelenggara seluler.
Agar merger ini dapat memberikan manfaat bagi negara, masyarakat dan industri, menurut Ian pertimbangan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) sangat penting dalam finalisasi konsolidasi operator selular. "Peran regulator dalam menjamin iklim persaingan usaha ini sangat vital. Sehingga semua keputusan merger harus diserahkan ke KPPU," papar Ian.
Menurut Ian, perusahaan hasil merger tak serta-merta dapat langsung menggunakan frekuensi untuk layanan 5G. Melainkan harus melalui mekanisme evaluasi mendalam baik itu dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) maupun KPPU. Tujuannya agar membawa manfaat bagi negara dan masyarakat serta tidak menggangu iklim persaingan usaha yang sehat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News