Reporter: Gentur Putro Jati | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Garuda Indonesia (Persero) membidik potensi tambahan penumpang sebanyak 10% dengan bergabung SkyTeam Global Airline Alliance. SkyTeam adalah aliansi kerjasama penerbangan interliner antar maskapai anggotanya untuk saling menerbangkan penumpang sampai ke seluruh tujuan yang dilayani maskapai aliansi.
Direktur Niaga Garuda Indonesia Agus Priyanto menjelaskan, rencananya pada 23 November perseroan akan menandatangani kesepakatan kerjasama dengan 13 maskapai anggota aliansi di Jakarta.
Agus menjelaskan, dengan bergabung ke aliansi maka Garuda akan punya akses penerbangan ke seluruh dunia. Dengan aliansi ini Garuda tidak harus terbang ke seluruh kota di dunia tetapi cukup terbang ke hub maskapai mitra, nantinya penumpang akan melanjutkan penerbangan ke kota tujuannya menggunakan maskapai tersebut.
Sebaliknya, maskapai asal Eropa atau Afrika yang masuk aliansi tidak harus terbang ke seluruh kota di Asia Pasifik, karena penumpang mereka bisa dilayani Garuda.
"Penumpang Garuda bisa terbang ke negara-negara yang belum diterbangi langsung oleh Garuda. Atau katakanlah ada penumpang maskapai aliansi yang mau terbang ke Bali setelah transit di Singapura. Kalau dulu maskapai aliansi itu bisa menggunakan maskapai lain, nantinya harus pakai Garuda. Penumpang interliner ini akan tercatat penumpang Garuda juga, diperkirakan dengan penumpang interliner ini ada tambahan 10% jumlah penumpang Garuda," jelas Agus, akhir pekan lalu.
Situs resmi SkyTeam menyebutkan saat ini aliansi beranggotakan 13 maskapai yaitu Aeroflot, Aeromexico, Air Europa, Air France, Alitalia, China Southern, Czech Airlines, Delta Airlines, Kenya Airways, KLM, Korean Air, TAROM, dan Vietnam Airlines. Sementara dua maskapai yang sedang dalam proses untuk bergabung dengan aliansi adalah China Eastern, dan China Airlines.
Dengan menerima operan penumpang atau mengoperkan penumpangnya ke maskapai aliansi, masing-masing maskapai akan mendapat bayaran dari maskapai yang menerbangkan penumpang dari titik keberangkatan. Menurut Agus ada persentase tarif harus dibayarkan ke maskapai aliansi yang dihitung per penumpang.
Tetapi tidak serta merta setelah kontrak kerjasama diteken, Garuda langsung efektif menjadi anggota. Ia menjelaskan dibutuhkan proses administrasi dan sinkronisasi sistem ticketing dengan seluruh maskapai anggota selama 1,5 tahun. Sehingga efektif Garuda baru bergabung dengan aliansi pada Juni 2012.
"Kami masih harus menender sistem teknologi informasi terbaru menyesuaikan dengan yang digunakan aliansi. Karena nantinya kami harus memiliki kode pembukuan yang sama dengan semua anggota. Migrasi sistem lama ke sistem baru diperkirakan butuh waktu 10 bulan sampai satu tahun," jelas Agus.
Maret lalu, Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar memaparkan kinerja perseroan tahun lalu. Disebutnya maskapai pelat merah tersebut berhasil mengangkut 10,3 juta penumpang sepanjang 2009 atau meningkat 3% dibanding 2008 sebanyak 10,1 juta penumpang.
"Tahun ini dengan belanja modal US$ 100 juta, kami menargetkan jumlah meningkat minimal 20%," kata Emir.
Sementara menurut data Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, sampai Juli 2010 Garuda Indonesia sudah mengangkut 6,7 juta penumpang. Terdiri dari 5,4 juta penumpang domestik atau 22,1% dari total penumpang domestik yang diangkut seluruh maskapai nasional sebanyak 24,4 juta penumpang.
Kemudian untuk rute internasional sebanyak 1,3 juta penumpang atau 44,8% dari total 2,9 juta penumpang internasional selama periode Januari-Juli 2010.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News