Reporter: Noverius Laoli | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Cuaca buruk yang terjadi di awal tahun 2015 membuat sejumlah produk pertanian di dalam negeri mengalami kerugian. Salah satunya adalah produk komoditas karet mentah yang menjadi salah satu andalan ekspor Indonesia.
Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) memprediksi, ekspor karet tahun 2015 akan mengalami penurunan karena terganggu hujan dan banjir di berbagai pusat produksi karet di tanah air.
Ketua Umum Gapkindo Daud Husni Bastari mengatakan, selain cuaca buruk, harga karet yang terus merosot juga membuat petani berpaling mencari pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhan hidup.
"Kalau dari sudut produksi, memang sekarang gangguan terhadap produksi karet terjadi akibat hujan dan banjir. Jadi tahun ini kami prediksi ekspor karet turun," ujarnya kepada KONTAN, Kamis (12/2).
Kendati memprediksi turun, Daud masih enggan menerka-nerka berapa persen penurunan ekspor tersebut bila dibandingkan tahun 2014 yang diperkirakan sebanyak 2,5 juta ton. Padahal ekspor tahun 2014 ini turun sekitar 8% hingga 10% dari tahun 2013 yang sebesar 2,7 juta ton. Penurunan produksi ini juga disebabkan terus melemahnya harga karet di tingkat petani yang saat ini berada di kisaran Rp 5.000 hingga Rp 6.5000 per kg.
Sementara itu, Kamis (12/2), Kontrak karet teraktif di bursa Tokyo diperdagangkan pada rekor harga tertinggi dalam tujuh bulan terakhir. Kontrak karet Juli 2015 di bursa komoditas Tokyo (TOCOM) pada langsung melesat naik 2,26% pada pembukaan perdagangan pagi ke angka 217,20 yen atau Rp 23.218 per kilogram.
Sedangkan kontrak karet Juni 2015 (JNM5) di bursa Tokyo juga mencetak rekor di angka 218,40 yen atau Rp21.297 per kilogram pada pembukaan perdagangan pagi dan harga karet Juli 2015 kemudian bergerak ke 215,10 yen atau Rp 22.984 per kg.
Terkait kenaikan harga di bursa Tokyo ini, Daud menilai kenaikan itu bisa saja akibat ulah spekulan. Namun bisa juga kenaikan harga karet itu karena produksi karet di negara pengekspor berkurang akibat cuaca buruk seperti di Indonesia. Namun ia menilai secara umum, kenaikan itu belum fundamental. Sehingga ia pesimistis kenaikan harga karet di bursa ini bisa mengerek kenaikan harga karet di tingkat petani di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News