kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.921   9,00   0,06%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Garuda, Lion Air, dan Sriwijaya ramai-ramai PHK karyawan, mengapa?


Selasa, 07 Juli 2020 / 04:33 WIB
Garuda, Lion Air, dan Sriwijaya ramai-ramai PHK karyawan, mengapa?
ILUSTRASI. Pesawat Garuda Indonesia.


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri maskapai penerbangan dunia mendapat pukulan telak saat pandemi Covid-19. Tak terkecuali bagi industri penerbangan Indonesia. Hampir semua maskapai nasional telah melakukan perampingan karyawan.

Bermula dari Garuda Indonesia yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 150 pilotnya, kemudian disusul oleh Lion Air Group yang memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak 2.600 karyawannya, dan yang terbaru adalah Sriwijaya Air.

Pengamat penerbangan AIAC Arista Atmadjati mengatakan, imbas pandemi Covid-19 yang sudah mulai merebak pada Februari lalu masih terasa berat oleh semua maskapai nasional. Rendahnya tingkat okupansi telah menggerus pendapatan maskapai.

Baca Juga: Okupansi Mini, Maskapai Penerbangan Berlomba Pangkas Biaya

"PHK tidak terelakkan. Semua dunia kayak gitu," katanya kepada Kompas.com, Senin (6/7/2020).

Menurut dia, meski pemerintah sudah memberikan relaksasi kepada maskapai, dengan ditingkatkannya batasan okupansi menjadi 70% total kapasitas pesawat, tetapi hal tersebut dinilai belum mampu mendongkrak pendapatan maskapai. Sebab, maskapai disebut masih melakukan efisiensi dengan tidak mengerahkan semua armada pesawatnya.

Baca Juga: Begini kondisi bisnis Garuda Indonesia (GIAA) pasca terdampak Covid-19

"Penggunaan armada masksimal rata-rata baru 30% Bahkan Lion Air bulan lalu 10%. Garuda ngakunya 30%," katanya.

Lebih lanjut, Arista menyebutkan, kontribusi gaji atau upah karyawan terhadap total biaya operasional maskapai hanya sebesar 10-15%. Namun, dengan kondisi okupansi dan armada yang masih rendah, perampingan karyawan dinilai langkah yang tidak terelakkan oleh maskapai.

Baca Juga: Ingin terbang dengan Citilink Juli ini? Simak cara dapat fasilitas rapid test gratis

"Komponen 10-15% itu kalau pesawat terbang semua. Saat ini tidak, di situlah problemnya," ucap dia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Garuda, Lion Air, dan Sriwijaya Air Mem-PHK Pegawai, Mengapa? "
Penulis : Rully R. Ramli
Editor : Sakina Rakhma Diah Setiawan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×