Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten produsen fastener dan komponen, PT Garuda Metalindo Tbk (BOLT) optimistis menatap prospek bisnisnya pada 2025. Perusahaan ini juga mengaku tidak khawatir dengan tantangan yang ada di sektor otomotif.
Sebagaimana diketahui, industri otomotif dihadapkan oleh tantangan kenaikan PPN menjadi 12% dan pengenaan opsen pajak kendaraan bermotor tahun ini. Permintaan di sektor ini pun berpotensi melandai di tengah belum stabilnya daya beli masyarakat.
Direktur Garuda Metalindo Anthony Widjaja mengatakan, pihaknya tidak terlalu bergantung pada penjualan komponen ke sektor otomotif. BOLT sudah berekspansi ke segmen komponen untuk alat berat, infrastruktur, hingga elektronik.
Baca Juga: Garuda Metalindo Gunakan Panel Surya, Ini Potensi Penghematan Energi yang Diperoleh
“Sehingga, pelemahan pada sektor otomotif dapat dimitigasi dan tidak terlalu menekan volume penjualan perusahaan,” kata dia, Rabu (8/1) lalu.
Di samping itu, BOLT tetap gencar memperkuat ekspansi penjualan komponen otomotif ke pasar ekspor. Dengan demikian, BOLT masih bisa mencatatkan pertumbuhan positif kendati terdapat perlambatan di sektor otomotif dalam negeri.
Pihak BOLT memandang potensi permintaan komponen untuk pasar ekspor masih cukup besar pada 2025. Berkaca pada pangsa pasar ekspor BOLT yang terbilang masih cukup kecil, maka perusahaan ini masih memiliki ruang pertumbuhan yang besar untuk pasar ekspor. Ditambah lagi, permintaan kendaraan bermotor secara global cukup tinggi, termasuk untuk produk komponennya. Sebagai gambaran, produksi mobil dunia pada 2023 mencapai 94 juta unit.
“Perluasan ekspor terus kami lakukan mengingat potensi pasar yang besar untuk kami take over,” kata Anthony.
Dalam catatan Kontan, BOLT telah melakukan ekspor ke sembilan negara seperti Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, Brazil, Jerman, India, Malaysia, dan Filipina.
Sejauh ini, Jerman menjadi negara tujuan ekspor terbesar bagi BOLT dengan porsi kontribusi mencapai 50% dari total penjualan ekspor emiten tersebut.
Di tengah upaya penguatan ekspor, BOLT tetap mewaspadai fluktuasi pergerakan kurs rupiah terhadap dollar AS yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir.
Baca Juga: Garuda Metalindo (BOLT) Pacu Penjualan di Sisa Tahun 2024
Maklum, BOLT masih bergantung pada bahan baku impor untuk keperluan produksi fastener dan komponen. Impor bahan baku tersebut berasal dari Jepang, Korea Selatan, China, dan Taiwan.
Manajemen BOLT sendiri telah memiliki kebijakan untuk penyesuaian harga produk ke pelanggan seiring dengan penguatan mata uang dollar AS.
Alhasil, dinamika pergerakan kurs tidak terlalu mempengaruhi margin profitabilitas perusahaan.
Di sisi lain, Manajemen BOLT belum bisa memproyeksikan kinerja keuangan perusahaan untuk periode 2025.
“Proyeksi kinerja tahun 2025 saat ini masih kami perhitungkan,” tandas Anthony.
Hingga kuartal III-2024 lalu, penjualan BOLT menyusut 2,65% year on year (YoY) menjadi Rp 1,10 triliun hingga kuartal III-2024. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk BOLT juga berkurang 37,35% yoy menjadi Rp 66,07 miliar.
Dalam pemberitaan sebelumnya, BOLT pernah menargetkan penjualan sebanyak Rp 1,7 triliun pada 2024, sedangkan laba bersihnya ditargetkan naik dua digit.
Selanjutnya: Pep Guardiola dan Cristina Serra Bercerai Setelah 30 Tahun Bersama
Menarik Dibaca: Resep Udang Saus Tiram ala Restoran
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
