kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45892,72   -3,94   -0.44%
  • EMAS1.368.000 0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Garuda Metalindo (BOLT) Incar Penjualan Rp 1,7 Triliun di Tahun Ini


Kamis, 30 Mei 2024 / 13:59 WIB
Garuda Metalindo (BOLT) Incar Penjualan Rp 1,7 Triliun di Tahun Ini
Direktur Utama PT Garuda Metalindo Tbk (BOLT) Ervin Wijaya (tengah) bersama Direktur BOLT Anthony Wijaya (kiri) dan Bono Rumbiono usai paparan publik di Jakarta, Kamis (30/5/2024).


Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten produsen fastener dan komponen kendaraan bermotor, PT Garuda Metalindo Tbk (BOLT) berupaya terus meningkatkan kinerja bisnisnya sepanjang tahun 2024. Perusahaan ini mengandalkan kombinasi penjualan domestik dan ekspor untuk mengangkat kinerjanya.

Direktur Garuda Metalindo Anthony Wijaya menyampaikan, pihaknya membidik penjualan sebanyak Rp 1,7 triliun pada 2024 atau tumbuh sekitar 15% dibandingkan capaian tahun sebelumnya. Emiten ini juga mengincar pertumbuhan laba bersih dua digit pada 2024.

Optimisme BOLT didukung oleh ekspektasi peningkatan permintaan dari sektor otomotif, baik sepeda motor maupun mobil, pada semester kedua. Ditambah lagi, pemerintah gencar meningkatkan lokalisasi produk-produk kendaraan yang beredar di Indonesia. 

Mau tidak mau, produsen otomotif global yang ada di Indonesia mesti mencari pemasok komponen lokal. Ini tentu menjadi peluang besar bagi BOLT untuk meningkatkan penetrasinya di pasar domestik.

Baca Juga: Begini Strategi Garuda Metalindo (BOLT) Maksimalkan Penjualan pada 2024

Sebagai catatan, per kuartal I-2024 penjualan BOLT sempat menurun 11,26% year on year (yoy) menjadi Rp 365,39 miliar. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk BOLT juga terkikis 63,90% yoy menjadi Rp 17,32 miliar.

"Kondisi pasar kendaraan roda empat memang agak menurun di awal tahun ini, namun kami yakin hal itu hanya sementara," ujar dia dalam paparan publik, Kamis (30/5).

Asal tahu saja, sebanyak 95% penjualan BOLT ditujukan ke segmen otomotif. Alhasil, dinamika permintaan di segmen tersebut akan mempengaruhi kinerja perusahaan.

Selain berharap pada pasar domestik, BOLT juga terus menggenjot penjualan fastener dan komponen ke pasar ekspor. BOLT telah melakukan ekspor ke 9 negara seperti Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, Brazil, Jerman, India, Malaysia, Thailand, dan Filipina.

Peluang untuk peningkatan ekspor sangat terbuka seiring permintaan kendaraan bermotor yang besar di pasar global. Sebagai gambaran, produksi mobil di dunia mencapai 94 juta unit pada 2023.

Untuk saat ini, Jerman menjadi negara tujuan ekspor terbesar bagi BOLT dengan kontribusi 50% dari total penjualan ekspor perusahaan tersebut. BOLT telah mendapat kepercayaan yang besar dari pelanggan untuk mengekspor produk ke sana.

Selain itu, BOLT berencana untuk memaksimalkan potensi ekspornya ke Meksiko. Ini mengingat banyak produsen otomotif AS yang ekspansi ke Meksiko, sehingga permintaan komponen di negara tersebut juga ikut terdongkrak.

Negara lain yang coba dioptimalkan potensi ekspornya oleh BOLT adalah India. Banyak produsen otomotif di sana yang hendak melakukan impor komponen, termasuk dari BOLT, karena kualitasnya lebih baik ketimbang produk lokal.

 

Tidak ketinggalan, BOLT juga terus mendorong ekspor ke Thailand yang notabene masih menjadi produsen otomotif terbesar di Asia Tenggara. "Thailand sangat potensial karena jaraknya dekat dan kami sudah dapat banyak order ke sana," imbuh Anthony.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama Garuda Metalindo Ervin Wijaya mengungkapkan, seluruh bahan baku fastener dan komponen BOLT seperti besi dan baja masih diimpor dari luar negeri, misalnya Jepang, Korea Selatan, China, dan Taiwan. Bukan tanpa alasan, bahan baku impor masih menawarkan kualitas yang jauh lebih unggul bagi BOLT ketimbang bahan baku lokal.

Walau demikian, Ervin mengaku pihaknya tidak terpengaruh oleh perubahan kebijakan impor dari pemerintah melalui Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) No. 8/2024. "Kami sebagai importir produsen selalu dikontrol keperluan impornya," tutur dia.

Justru, tantangan bagi BOLT berasal dari tren pelemahan kurs rupiah yang sudah menyentuh Rp 16.000 per dollar AS. BOLT harus cermat dalam menentukan pembelian bahan baku di tengah gejolak kurs. Di sisi lain, perusahaan ini tidak bisa langsung menyesuaikan harga jual produknya ke pelanggan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×